5 Fakta Terungkap Dalam Kasus Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, sekarang ini tengah menghadapi kasus serius terkait pembuatan dan peredaran uang palsu.
Pada 19 Desember 2024, pihak kepolisian melakukan penggerebekan di Gedung Perpustakaan UIN Alauddin. Dalam operasi tersebut, mereka menemukan ratusan lembar uang palsu serta berbagai alat produksi yang digunakan dalam aktivitas ilegal ini.
Temuan ini mengguncang banyak pihak, mengingat lokasi penggerebekan yang tidak terduga, seperti perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat belajar dan penelitian. Melibatkan sejumlah individu di institusi tersebut, kasus ini menimbulkan keprihatinan serius mengenai integritas pendidikan.
Sekarang, pihak berwenang sedang mendalami lebih jauh untuk mengungkap semua fakta terkait sindikat ini dan memastikan bahwa pelaku akan mempertanggungjawabkan tindakan mereka.
Jadi, bagaimana fakta yang telat terjadi dengan kasus ini? Bersama KEPPOO INDONESIA akan memberikan informasi yang jelas mengenai 5 fakta dari kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar. Mari simak sekarang!
Dipimpin oleh Kepala Perpustakaan
Sebuah skandal besar tengah mengguncang UIN Alauddin Makassar, yang melibatkan dugaan pembuatan dan peredaran uang palsu.
“Kasus ini menjadi berita hangat di kawasan kami dan membuat semua orang terkejut,” ungkap Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Yudhiawan Wibisono, saat mengungkap kasus ini dalam konferensi pers.
Pada 19 Desember 2024, kepolisian menggerebek Gedung Perpustakaan UIN Alauddin dan menemukan ratusan lembar uang palsu, serta berbagai alat produksi.
Yang lebih mengherankan, selama penyelidikan terungkap bahwa sindikat ini dipimpin oleh AI, Kepala Perpustakaan setempat. “Sebelum produksi di perpustakaan, pencetakan uang palsu dilakukan di rumah seorang pengusaha ternama bernama ASS,” jelas Yudhiawan.
Dalam penggerebekan itu, polisi juga menyita sejumlah peralatan produksi yang mencengangkan, termasuk satu mesin cetak besar, kaleng tinta impor dari China, plat cetak, dan sejumlah perangkat elektronik. “Temuan ini menunjukkan betapa terorganisirnya sindikat ini,” imbuh kapolda.
17 Tersangka Terlibat dalam Kasus Ini
Analisis lebih lanjut mengungkap bahwa total terdapat 17 orang yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya adalah pegawai bank BUMN, sementara yang lainnya termasuk beberapa pegawai Universitas Islam Negeri (UIN), termasuk Kepala Perpustakaan.
“Keterlibatan pegawai negeri dan dunia pendidikan dalam kasus ini sangat memprihatinkan,” ungkap Yudhiawan.
Inisial dari ke-17 tersangka mencakup AI, NM, KA, IR, NS, JBP, AA, SAR, SU, AK, IL, SM, MS, SR, SW, MN, dan RM. Selain itu, ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Menurut polisi, setiap tersangka memiliki peran masing-masing dalam dalam jaringan peredaran uang palsu ini.
“Mereka melakukan transaksi jual beli uang palsu, dan beberapa dari mereka terlibat dalam kegiatan ini di luar tempat kerja mereka,” tambah Yudhiawan.
Kepala Perpustakaan yang terlibat dalam sindikat ini tentu mengejutkan banyak orang. “Bayangkan, seseorang yang seharusnya menjadi pelindung pendidikan justru terlibat dalam tindakan kriminal seperti ini,” cetus salah satu mahasiswa UIN Alauddin.
Baca Juga: Skandal Penipuan Fico Fachriza, Ini Deretan Artis yang Jadi Korban
Diduga Beroperasi di Jaringan Internasional
Lebih dari sekadar kasus lokal, peredaran uang palsu ini diduga merupakan bagian dari sindikat internasional. “Kami masih menggali lebih dalam untuk mengungkap jaringan yang lebih luas,” ujar Yudhiawan. Menjadi jelas bahwa bahan baku untuk pembuatan uang palsu ini sebagian besar diimpor dari luar negeri, khususnya dari China.
“Bahan kertas dan tinta yang digunakan dalam pembuatan uang palsu ini semuanya diimpor, dan ini menunjukkan bahwa sindikat ini sangat terorganisir dan terdesentralisasi,” urai kapolda dalam konferensi pers. Proses penyelidikan masih berlangsung untuk mengidentifikasi keterlibatan lebih banyak pihak dalam jaringan internasional ini.
Lebih mencengangkan lagi, pihak kepolisian menemukan bahwa bahan-bahan untuk memproduksi uang palsu tersebut dibeli secara langsung dari supplier di China.
“Hal ini menunjukkan betapa canggihnya sindikat ini dalam memperluas cakupan operasional mereka,” tambahnya. Ini menjadi sinyal bahaya bagi penegak hukum bahwa peredaran uang palsu tidak hanya terjadi di satu tempat.
Keterlibatan ASN Hingga Politikus di Pilkada 2024
Keterlibatan pegawai negeri sipil dan beberapa tokoh politik dalam kasus uang palsu ini menjadi sorotan publik. Di antara ke-17 tersangka, beberapa termasuk pegawai ASN dan seorang dosen terkenal di UIN Alauddin.
“Keikutsertaan ASN dan elit politik dalam jaringan ini memberi dampak besar terhadap reputasi institusi pendidikan,” kata seorang pengamat pendidikan. Di antara tersangka juga terdapat dua pegawai bank BUMN, seorang pejabat serta empat ASN, dan bahkan seorang koki.
“Dari sekian banyak pelaku, kami menemukan sejumlah individu dengan latar belakang politik yang tidak bisa dipandang remeh,” ungkap Yudhiawan. Ini termasuk mantan calon wali kota Makassar yang pernah mencalonkan diri. Keterlibatan politik dalam kasus ini menjadi perhatian publik, terutama menjelang Pemilu 2024.
“Kami khawatir bahwa kasus ini dapat berdampak pada kepercayaan publik terhadap siapa pun yang terlibat dalam politik di daerah ini,” komentar seorang pengamat politik lokal. Ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai integritas mereka yang terlibat.
Operasi Sindikat Berlangsung Sejak 2010
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap fakta mengejutkan bahwa sindikat ini telah beroperasi sejak tahun 2010. “Kami menemukan timeline yang menunjukkan dari Juni 2010, sindikat ini mulai merancang operasi mereka,” ucap Irjen Yudhiawan.
Produksi sempat terhenti antara tahun 2012 hingga 2022, sedangkan sindikat ini kembali beroperasi dengan lebih terencana. Sebagian peralatan, termasuk mesin cetak yang digunakan untuk memproduksi uang palsu, dibeli dari China dengan harga mencapai Rp 600 juta dan didatangkan melalui Surabaya.
“Banyak waktu yang dihabiskan untuk menyusun skenario dan strategi setelah periode hiatus,” kata Yudhiawan. Penempatan mesin cetak di Gedung Perpustakaan UIN Alauddin Makassar pada September 2024 menjadi langkah besar bagi sindikat ini.
Mereka mulai mengedarkan uang palsu dalam hitungan bulan, dengan total nilai peredaran diperkirakan mencapai antara Rp 150 juta hingga Rp 250 juta pada November 2024. “Para pelaku sangat sistematis dalam melakukan tindakan mereka, dan ini tentu sangat merugikan masyarakat,” tutur Yudhiawan.
Kesimpulan
5 fakta peredaran kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar ini menyoroti, mulai dari integritas institusi pendidikan hingga keamanan negara. Dengan keterlibatan individu-individu terhormat, ancaman yang ditimbulkan sangat serius. Waktu akan menguji seberapa jauh dampak kasus ini terhadap reputasi UIN Alauddin dan sistem pendidikan di Indonesia.
Setelah pengungkapan ini, langkah-langkah penegakan hukum lebih ketat diharapkan mampu mencegah sindikat uang palsu serupa untuk beroperasi di masa depan. Dengan harapan, kasus ini akan menjadi pembelajaran bagi semua pihak dalam menjaga integritas dan transparansi, baik di institusi pendidikan maupun di kalangan aparat sipil negara.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca informasi ini. Semoga informasi yang diberikan bermanfaat. Jangan ragu juga untuk kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi viral yang ada di KEPPOO INDONESIA.