Komentator Amerika: Xi Jinping Keliling ASEAN Tidak Bawa Uang
Sejumlah komentator politik Amerika menyoroti kunjungan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, ke negara-negara ASEAN baru-baru ini dengan nada sinis.
Mereka menilai lawatan tersebut lebih banyak diisi dengan retorika dan janji normatif ketimbang komitmen investasi konkret. Tidak seperti masa lalu ketika Tiongkok datang membawa paket bantuan ekonomi dan proyek infrastruktur besar dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).
Xi dianggap hanya membawa narasi kebersamaan tanpa sokongan finansial yang jelas. Hal ini memicu spekulasi bahwa perekonomian Tiongkok tengah mengalami tekanan serius, memaksa Beijing untuk lebih berhati-hati dalam menggelontorkan dana ke luar negeri. Simak penjelasan berikut dari KEPPOO INDONESIA yang akan memberikan informasi lengkap secara rinci mengenai Komentator Amerika: Xi Jinping Keliling ASEAN Tidak Bawa Uang.
Xi Jinping Tur ASEAN
Baru-baru ini, Presiden Tiongkok Xi Jinping melakukan serangkaian kunjungan ke negara-negara ASEAN dalam rangka mempererat hubungan strategis. Namun yang menarik perhatian bukanlah sambutan hangat dari para pemimpin kawasan, melainkan absennya ‘amunisi’ utama diplomasi Tiongkok: uang.
Komentator politik asal Amerika menyebut lawatan Xi kali ini sebagai “kunjungan yang penuh kata-kata namun kosong kantong.” Dalam kunjungan-kunjungan sebelumnya, Tiongkok kerap datang dengan paket investasi miliaran dolar, proyek infrastruktur, hingga komitmen pinjaman. Namun kali ini, janji-janji itu seolah menguap.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Tiongkok Dalam Tekanan Ekonomi Global
Langkah Xi Jinping yang tidak membawa serta ‘tas uang’ Tiongkok dinilai sebagai cerminan tekanan ekonomi yang sedang melanda negeri Tirai Bambu. Perlambatan pertumbuhan ekonomi, krisis properti, dan ketegangan geopolitik membuat Tiongkok tidak sebebas dulu dalam menggelontorkan dana ke luar negeri.
Para pengamat internasional meyakini bahwa kunjungan ini lebih banyak bersifat simbolis ketimbang substansial. Xi mencoba mempertahankan pengaruh di Asia Tenggara, namun terbatas oleh keterbatasan fiskal. Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok, meskipun tetap kuat, kini tengah menghadapi fase penghematan.
ASEAN Menunggu Kepastian, Bukan Retorika
Negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, menyambut baik kehadiran Xi, tetapi juga menunjukkan sikap waspada. Banyak dari mereka menantikan kelanjutan proyek-proyek besar di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), yang sebagian besar mangkrak atau melambat dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa negara kini mempertanyakan komitmen jangka panjang Tiongkok. Tanpa kepastian finansial, kunjungan ini tampak seperti sekadar diplomasi panggung. Xi mungkin datang dengan janji akan “kerja sama strategis,” tetapi tanpa angka konkret, janji tersebut hanya menjadi slogan kosong di tengah persaingan geopolitik dengan Amerika Serikat.
Baca Juga:
Amerika Serikat: Momentum Untuk Masuk?
Komentator Amerika menilai ini sebagai peluang emas bagi Washington. Ketika Tiongkok sedang berhemat, Amerika Serikat dapat mengisi kekosongan itu dengan pendekatan berbasis investasi sektor swasta dan keterlibatan yang lebih fleksibel dengan negara-negara ASEAN.
Pemerintahan Biden telah meningkatkan pendekatan diplomatiknya ke Asia Tenggara, dan lawatan Xi tanpa dukungan ekonomi hanya memperkuat daya tarik alternatif dari Amerika. Negara-negara ASEAN mungkin mulai menimbang ulang siapa yang bisa mereka percaya untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang mereka.
Tiongkok Beralih ke Pendekatan Lunak
Meski tak membawa uang, Xi Jinping membawa narasi kuat tentang kerja sama budaya, pertukaran pendidikan, dan kolaborasi teknologi. Ini adalah sinyal bahwa Tiongkok mencoba mengubah pendekatannya dari kekuatan uang ke kekuatan lunak (soft power).
Namun, strategi ini punya tantangan. Banyak negara ASEAN masih mengandalkan dana asing untuk pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Tanpa stimulus keuangan, pendekatan lunak mungkin tidak cukup menarik bagi negara-negara yang sedang berjuang keluar dari dampak ekonomi global pasca pandemi.
Respon ASEAN: Senyum Diplomatik, Tapi Tetap Realistis
Negara-negara ASEAN tetap menunjukkan wajah ramah terhadap kunjungan Xi. Bahasa tubuh para pemimpin dan pernyataan bersama menunjukkan keinginan menjaga hubungan yang stabil. Namun, di balik layar, realistisnya ASEAN membutuhkan hasil nyata, bukan hanya jalinan persahabatan.
Sejumlah diplomat ASEAN dilaporkan merasa kecewa karena harapan akan pengumuman proyek baru tidak terwujud. Dalam dunia geopolitik yang semakin kompetitif, negara-negara berkembang di kawasan ini lebih tertarik pada siapa yang bisa menyediakan infrastruktur, pinjaman lunak, dan transfer teknologi, ketimbang sekadar pernyataan niat baik.
Kesimpulan
Komentator Amerika menyimpulkan bahwa Tiongkok sedang berada di titik balik strategi globalnya. Tekanan dari dalam negeri membuatnya harus merevisi pendekatan luar negeri yang selama ini terlalu royal. Pertanyaannya kini: apakah Tiongkok masih bisa mempertahankan pengaruh di ASEAN tanpa senjata utama berupa dana segar?
Jawabannya akan tergantung pada dua hal: bagaimana ASEAN merespons perubahan ini, dan bagaimana Tiongkok menyesuaikan diri di tengah kompetisi pengaruh dengan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Ikuti terus informasi berita terbaru dari kami yang terus update setiap harinya di KEPPOO INDONESIA.
Informasi gambar yang kami dapatkan:
- Gambar Pertama dari Kompas.com
- Gambar Kedua dari Business Standard