Teror Mengintai Keluarga Korban TPPO di Kamboja, Pelaku Minta Data Diri dan Rekening

bagikan

Keluarga korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja masih mengalami teror yang terus-menerus dari pelaku jaringan ilegal yang terlibat dalam sindikat tersebut.

Teror Mengintai Keluarga Korban TPPO di Kamboja Pelaku Minta Data Diri dan Rekening

Para pelaku aktif menghubungi keluarga korban dengan menggunakan nomor telepon asing, bahkan pada waktu malam hari, dan melakukan tekanan psikologis melalui pertanyaan terkait data pribadi serta keadaan anggota keluarga yang menjadi korban. Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas mengenai teror mengintai keluarga korban TPPO di Kamboja pelaku minta data diri dan rekening.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Teror Telepon yang Mengusik Keluarga Korban

Setelah kabar kematian Rizal Sampurna disampaikan, keluarganya terutama ibunda Rizal, Sulastri, mendapatkan rangkaian teror melalui telepon dari nomor asing. “Dua hari lalu ke nomor ibunya Mas Rizal, teleponnya sekitar jam setengah 12 malam,” kata Saputri Rabu (23/4/2025). Mengungkapkan pola intensitas penghubungan tersebut yang berlangsung sekitar dua hari terakhir dengan menggunakan dua nomor berbeda.

Pelaku telepon itu mengaku sebagai teman kerja Rizal dan berusaha meyakinkan keluarga bahwa kematian Rizal disebabkan oleh sakit, bukan oleh perlakuan buruk. “Dia cerita panjang soal meninggalnya Mas Rizal. Katanya Mas Rizal memang meninggal karena sakit dan tidak diapa-apakan oleh mereka,” ujar Saputri. Bahkan, pelaku telepon tersebut mengaku menyaksikan langsung peristiwa meninggalnya Rizal dan memberitahukan lokasi rumah sakit tempat jenazah disimpan.

“Tapi saat ditanya tanggal meninggalnya Mas (Rizal), penelepon malah bingung. Ditanyai identitasnya, tidak mau jawab,” ucap Putri. Permintaan keluarga untuk bukti foto jenazah juga kerap dihadapi dengan berbagai dalih dan pengelakan. Kejanggalan ini menambah kesan bahwa pelaku yang menelepon keluarga Rizal memiliki motif tersembunyi, selain dari sekadar mengabarkan kabar duka.

Teror ini menunjukkan bagaimana pelaku memanfaatkan kondisi duka keluarga untuk meminta data diri dan nomor rekening yang diklaim akan digunakan untuk proses santunan. Nomor-nomor tersebut menggunakan foto profil perempuan, tetapi suara yang terdengar adalah suara laki-laki, menimbulkan kecurigaan mengenai identitas asli pelaku.

Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

shotsgoal apk  

Modus Pelaku Teror dan Ancaman Jaringan TPPO

Kasus Rizal Sampurna bukan kasus pertama dari warga Banyuwangi yang menjadi korban TPPO di Kamboja. Banyak pekerja migran, terutama usia produktif, yang mudah terjebak iming-iming gaji tinggi dari para calo yang menawarkan pekerjaan tanpa prosedur resmi.

Modus pelaku adalah menjanjikan kerja sebagai operator perusahaan atau admin judi online dengan tawaran gaji besar. Tetapi kenyataannya para korban justru dipaksa menjadi scammer dan mengalami penyiksaan fisik maupun mental. Salah satu korban yang berhasil kabur, Slamet, mengungkapkan bahwa dia dan rekan-rekannya dipaksa melakukan penipuan online dengan tekanan tinggi, disertai penyiksaan semacam disetrum, diborgol, dan pengabaian kebutuhan dasar seperti makanan.

Jaringan mafia ini juga kuat dalam mengkloning puluhan ribu data pribadi warga Indonesia. Sehingga selain pekerjaan paksa, mereka juga terjerat dalam kejahatan data dan penipuan yang jauh lebih besar. Pelaku teror kepada keluarga Rizal yang meminta data diri dan rekening pun patut dicurigai sebagai bagian dari modus kejahatan ini untuk memanfaatkan situasi korban dan keluarganya secara keji.

Baca Juga:

Kisah Haru dan Harapan Sang Ibu

Kisah Haru dan Harapan Sang Ibu

Sulastri, ibu Rizal, adalah sosok yang terus memendam kesedihan mendalam hendak mengikhlaskan kepergian putranya. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan betapa beratnya kehilangan yang dialami. “Sulastri, seorang ibu yang terpuruk dalam kesedihan, memeluk erat bingkai foto putra tunggalnya, Rizal Sampurna,” dan ia tetap berharap akan ada keajaiban agar Rizal bisa kembali.

Rizal dikenal sebagai anak pendiam, rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab membantu ekonomi keluarga dengan merantau ke berbagai daerah seperti Lampung, Batam, Manado, hingga Bali. Sulastri menjalani hari-harinya sebagai penjual nasi bungkus dengan harapan dan doa agar anak semata wayangnya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun, kabar yang datang dari Kamboja menghancurkan harapan tersebut.

Rizal sempat meninggalkan kabar pada Januari 2025 bahwa dirinya sudah berada di Kamboja dan bekerja sebagai scammer di sana. Pekerjaan yang tidak pernah diketahui oleh keluarga sebelumnya. Kabar buruk datang pada bulan April 2025, ketika sejumlah sumber tak resmi menyebutkan bahwa Rizal meninggal dunia di Kamboja dalam kondisi mengenaskan. Sejak saat itu, keluarga mulai menerima berbagai telepon dan panggilan mencurigakan yang membuat mereka makin bingung dan khawatir.

Upaya Pemerintah dan Organisasi untuk Perlindungan Korban

Pemkab Banyuwangi dan berbagai instansi Indonesia telah berkoordinasi untuk menanggapi kasus-kasus seperti Rizal Sampurna ini. Pemerintah daerah siap membantu proses pemulangan jenazah korban jika sudah ada kepastian resmi. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, juga mengimbau agar masyarakat lebih waspada dan selalu menggunakan jalur resmi dalam mencari pekerjaan ke luar negeri.

Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) juga berkomitmen untuk mendampingi keluarga para korban. Termasuk memberikan pendampingan hukum dan komunikasi dengan kepolisian untuk proses penyidikan kasus dugaan TPPO ini. Mereka meminta keluarga korban menyiapkan alat bukti untuk melaporkan kasus ke kepolisian demi mendapatkan keadilan.

Selain itu, KBRI di Kamboja juga bekerja keras menangani kasus-kasus WNI bermasalah. Dengan melakukan pendalaman informasi, dan memfasilitasi repatriasi para korban yang masih hidup atau jenazah korban TPPO. KBRI berkoordinasi dengan kepolisian Kamboja serta instansi terkait untuk mengungkap jaringan sindikat perdagangan manusia ini.

Kompleksitas Kasus dan Perubahan Pola TPPO

Kasus perdagangan manusia yang berujung pada praktik penipuan online kini menjadi fenomena baru yang rawan menjerat para pekerja muda berpendidikan dan yang berharap pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri. Sindikat TPPO merekrut korban melalui media sosial dan kenalan. Menjual mimpi palsu dengan tawaran pekerjaan yang menggiurkan dan tanpa prosedur yang jelas. Parahnya, sebagian besar korban tidak menyadari bahwa mereka akan dipaksa untuk terlibat dalam aktivitas ilegal seperti online scam dan judi daring.

Para korban mengalami kekerasan dan siksaan yang berat jika gagal memenuhi target atau melanggar aturan ketat dari jaringan pelaku. Bahkan kini pemeriksaan kepemilikan paspor dan kontrol keberangkatan via imigrasi Indonesia semakin ketat agar mencegah pemberangkatan ke negara tujuan ilegal seperti Kamboja, namun tetap masih ada celah yang dimanfaatkan oleh sindikat.

Situasi ini menimbulkan keprihatinan serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi masyarakat. Mereka mendesak perlunya perubahan kebijakan dan peningkatan literasi digital agar masyarakat lebih waspada dengan modus perekrutan dan penipuan yang terjadi secara daring.

Imbauan Untuk Masyarakat dan Keluarga Korban

Menghadapi persoalan TPPO dan jaringan kriminal yang tak kenal ampun ini. Namun, masyarakat diimbau untuk selalu berhati-hati dan teliti ketika menerima tawaran kerja. Terutama jika datang dari jalur yang tidak resmi atau menggunakan media sosial sebagai sarana perekrutan.

Terlebih, keluarga korban yang mendapatkan telepon-telepon mencurigakan hendaknya jangan pernah memberikan data pribadi ataupun nomor rekening kepada pihak tidak dikenal. Meskipun mereka mengaku dari lembaga resmi atau menawarkan santunan. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk melaporkan segala bentuk dugaan TPPO dan penipuan kepada pihak berwenang. Agar jaringan ini dapat dikendalikan dan para korbannya mendapat perlindungan dan keadilan.

Terima kasih telah mengisi waktu anda untuk mengetahui informasi tentang Keluarga Korban TPPO di Kamboja. Mari simak berita-berita lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA kami akan memberikan banyak lagi informasi penting yang harus di ketahui.


Sumber indormasi gambar:

  1. Gambar Pertama dari kompas.com
  2. Gambar Kedua dari kompas.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *