Pemprov DKI Bakal Wajibkan Pencak Silat Jadi Ekskul di Sekolah
Wacana Pemprov DKI Jakarta bakal wajibkan pencak silat jadi ekskul wajib di sekolah-sekolah Jakarta kini menjadi perbincangan hangat yang memicu dukungan dan penolakan dari berbagai pihak.
Kebijakan ini awalnya digagas oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, sebagai penghormatan kepada mendiang Wakil Gubernur era 1984-1987, Eddie Marjoeki Nalapraya. Mari kita ulas tuntas pro dan kontra hingga detail penting seputar rencana ini.
Latar Belakang Usulan Pencak Silat Sebagai Ekskul Wajib
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno atau yang akrab disapa Doel, melontarkan gagasan menjadikan pencak silat sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah saat ia melayat jenazah mendiang Eddie Marjoeki Nalapraya di Padepokan Pencak Silat, TMII. Pesan kuat dari Eddie yang sangat berharap pencak silat masuk ke sekolah-sekolah menjadi motor penggerak usulan ini.
Menurut Doel, permintaan tersebut disampaikan langsung dua bulan sebelum meninggal dunia. Kebijakan ini dianggap sebagai bentuk penghormatan sekaligus langkah strategis memastikan nilai-nilai pencak silat tetap hidup dan dipelihara sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya nasional Indonesia.
Dengan filosofi pencak silat yang kaya akan nilai budaya, seni, dan olahraga, diharapkan melalui sekolah-sekolah, generasi muda dapat memahami dan melestarikan warisan budaya ini.
Nilai Budaya dan Manfaat Pencak Silat untuk Siswa
Pencak silat bukanlah sekadar bela diri; ia memuat unsur seni gerak, pendidikan karakter, dan pembangunan sportivitas. Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PAN, Oman Rohman Rakinda, menegaskan bahwa pencak silat mampu membangun karakter siswa yang sehat dan berani bersaing dalam kehidupan.
Menurut Oman, pencak silat sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah bisa menjadi platform efektif untuk melahirkan fisik yang kuat dan mental yang tangguh pada anak-anak Jakarta. Selain itu, pelestarian budaya Betawi dan Indonesia melalui pencak silat akan tetap terjaga, berkat pemahaman dan penghayatan para generasi muda. Jadi, ini bukan hanya olahraga, tapi juga warisan budaya yang hidup di sekolah.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Dukungan dari DPRD DKI Jakarta
Gagasan menjadikan pencak silat sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah Jakarta mendapat sambutan positif dari sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta, khususnya dari Fraksi PAN. Oman menuturkan “Kami dukung gagasan menjadikan pencak silat sebagai ekskul wajib di sekolah di Jakarta,” katanya.
Menurutnya, menjadikan pencak silat sebagai ekskul wajib bukan hanya soal olahraga, melainkan sebuah langkah strategis untuk melestarikan budaya asli Betawi dan Indonesia secara menyeluruh. Dengan terlaksananya kebijakan ini di lingkungan pendidikan formal, diharapkan nilai-nilai luhur pencak silat, seperti filosofi, seni, dan karakter sportivitas. Ini dapat diwariskan turun-temurun kepada generasi muda Jakarta.
Pandangan Oman mencerminkan kesadaran yang mendalam bahwa pelestarian budaya tradisional tidak dapat dilepaskan dari peran pendidikan. Di tengah derasnya arus modernisasi dan pengaruh globalisasi yang semakin kuat, identitas budaya lokal kerap terancam terkikis.
Oleh karena itu, memasukkan pencak silat ke dalam kurikulum ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah menjadi sebuah upaya penting untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya Batavia dan Indonesia.
Kritik dan Kekhawatiran dari Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta
Namun, dukungan tidak datang tanpa kritik. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani dari Fraksi Gerindra, mengingatkan bahwa kebijakan ini harus dikaji secara matang sebelum diterapkan secara wajib.
Rani menekankan bahwa pencak silat memang budaya yang perlu dilestarikan, tapi keikutsertaan siswa harus berdasarkan minat masing-masing. Ia khawatir jika diwajibkan tanpa kajian mendalam, bisa berakibat pada implementasi yang asal-asalan tanpa persiapan yang cukup. “Sayang kalau sudah diberlakukan tapi ke depannya jadi tidak jelas karena kurang siap,” tegas Rani.
Baca Juga: Roy Suryo Tolak Jawab Soal Ijazah Jokowi Saat Diperiksa, Ini Alasannya!
Tantangan Ketersediaan Tenaga Pengajar dan Anggaran
Perhatian serupa datang dari anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz dari Fraksi PKS. Aziz menolak pencak silat menjadi ekskul wajib karena tidak semua siswa menyukainya. Selain itu, Aziz menyoroti tantangan praktis seperti kebutuhan tenaga pengajar pencak silat yang cukup di sekolah-sekolah.
“Gagasan ini cukup bagus untuk melestarikan budaya Betawi, tapi jika diwajibkan saya kurang setuju dengan beberapa alasan. Pertama, tidak semua murid menyukai pencak silat,” kata Aziz.
“Dibutuhkan jumlah guru pencak silat yang banyak untuk mengajar di sekolah-sekolah, apakah ada? Kalau diwajibkan ada konsekuensi anggarannya harus disediakan Pemda DKI, apakah tersedia?” ujar Aziz.
Ini memunculkan persoalan teknis dan anggaran yang harus dipikirkan matang-matang oleh pemerintah jika mewujudkan rencana ini. Tanpa SDM dan pendanaan yang memadai, implementasi bisa gagal dan merugikan semua pihak.
Kebutuhan Kajian Mendalam Sebelum Kebijakan Diterapkan
Sebagian besar pihak sepakat bahwa wacana ini jangan sampai hanya menjadi keputusan terburu-buru tanpa studi kelayakan. Berbagai aspek mulai dari minat siswa, kesiapan guru, sarana dan prasarana, hingga anggaran harus dianalisis secara mendalam.
Seperti kata Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani, “Pencak silat itu penuh sejarah, bila mau diwajibkan perlu diperhatikan implementasinya sehingga jangan sampai terkesan asal-asalan”.
Kajian yang matang memastikan bahwa kebijakan bisa terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat optimal tanpa mengabaikan kebutuhan serta aspirasi siswa.
Peluang Melestarikan Budaya Melalui Pendidikan
Jika dilihat dari sudut pandang positif, menjadikan pencak silat sebagai ekskul wajib membuka peluang besar bagi pelestarian kebudayaan Betawi dan Indonesia secara menyeluruh. Sekolah menjadi wadah strategis dalam menanamkan nilai budaya sejak usia dini.
Keberadaan pencak silat dalam kurikulum sekolah dapat memperkenalkan filosofi dan kearifan lokal pada generasi muda yang semakin terdistraksi oleh budaya asing. Seniman budaya dan ahli pencak silat pun dapat berperan aktif dalam mendukung program ini agar warisan budaya tidak punah.
Ini sekaligus mendukung misi nasional dalam menjaga identitas budaya bangsa di tengah globalisasi.
Kesimpulan
Rencana Pemprov DKI bakal wajibkan pencak silat jadi ekskul di sekolah-sekolah Jakarta menawarkan kesempatan berharga untuk membangun karakter, kesehatan fisik, serta melestarikan warisan budaya. Namun, kritik terkait kesiapan tenaga pengajar, anggaran, dan minat siswa adalah faktor penting yang tidak boleh diabaikan.
Mengakomodasi pandangan beragam dan melakukan kajian mendalam merupakan langkah penting agar kebijakan ini berhasil diimplementasikan tanpa memaksakan kehendak. Melibatkan semua pemangku kepentingan mulai dari pemprov, sekolah, guru, hingga keluarga siswa, menjadi kunci keberhasilan.
Jika mampu diatur dengan baik, pencak silat bisa menjadi olahraga wajib yang mengakar kuat di sekolah-sekolah Jakarta. Sesuai harapan almarhum Eddie Marjoeki Nalapraya dan didukung oleh Wakil Gubernur Rano Karno serta beberapa anggota DPRD lainnya. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi update terbaru lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar Pertama dari news.detik.com
2. Gambar Kedua dari indobalinews.pikiran-rakyat.com