Arab Saudi Eksekusi 199 Orang di Tahun 2024

bagikan

Arab Saudi telah menciptakan sorotan global dengan catatan mengejutkan pada tahun 2024, di mana sebanyak 199 orang dieksekusi.

Arab Saudi Eksekusi 199 Orang di Tahun 2024
Jumlah ini menjadikannya sebagai tahun paling berdarah yang pernah tercatat dalam sejarah eksekusi di kerajaan tersebut. Fakta ini menjadi semakin mencolok saat kita menyadari bahwa jumlah eksekusi pada tahun 2024 melampaui angka tertinggi sebelumnya, yaitu 196 eksekusi pada tahun 2021. Artikel KEPPOO INDONESIA akan mengeksplorasi fenomena mengejutkan ini, termasuk latar belakang eksekusi, dampaknya terhadap masyarakat, dan implikasi internasional yang lebih luas.

Latar Belakang Eksekusi di Arab Saudi

Eksekusi di Arab Saudi telah menjadi isu kontroversial selama bertahun-tahun. Kerajaan tersebut dikenal menerapkan hukuman mati dengan tingkat yang tinggi, terutama untuk kasus-kasus yang terkait dengan terorisme dan pelanggaran narkoba. Menurut laporan Amnesty International, Arab Saudi berada di urutan ketiga setelah China dan Iran dalam jumlah eksekusi di dunia pada tahun 2023. Praktik eksekusi yang sangat aktif menunjukkan sebuah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban umum. Namun sering kali dituduh melanggar hak asasi manusia.

Statistik Eksekusi

Dalam laporan terbaru, pada bulan Juli dan Agustus 2024 saja, terdapat 80 eksekusi yang dilaksanakan, Jumlah tersebut sangat signifikan dan meningkat tajam dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Angka sebelumnya untuk tahun 2022 adalah 196 dan 184 pada tahun 2019. Lonjakan angka ini mencerminkan perubahan mendasar dalam kebijakan hukuman mati yang diterapkan oleh pemerintah Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Keputusan untuk melaksanakan eksekusi sering kali diambil dalam waktu yang cepat, dan kasus-kasus tersebut terkadang tidak mendapatkan banyak perhatian dari publik atau media, sehingga menghasilkan ketidakpastian bagi banyak keluarga yang menunggu nasib anggotanya.

Penyebab Peningkatan Eksekusi

Menurut sejumlah pengamat dan lembaga hak asasi manusia, salah satu alasan utama di balik meningkatnya jumlah eksekusi adalah upaya pemerintah untuk membersihkan populasi penjara yang penuh sesak. Pihak berwenang sering kali dipandang melakukan eksekusi dengan tujuan untuk memperbaiki citra mereka di komunitas internasional. Meskipun tindakan tersebut bertentangan dengan upaya lainnya untuk menunjukkan reformasi.

Selain itu, dengan meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah dan perhatian dunia yang beralih ke krisis di Gaza dan pemilihan presiden di AS, pihak berwenang Saudi dianggap melakukan eksekusi sebagai respons terhadap situasi di sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa eksekusi bisa jadi merupakan strategi untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu domestik dan mengukuhkan kekuasaan rezim.

Kontroversi Seputar Eksekusi

Eksekusi di Arab Saudi memicu banyak kontroversi, terutama berkaitan dengan metode yang digunakan dan alasan di balik hukuman tersebut. Banyak eksekusi dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang dipandang oleh sebagian kalangan sebagai tidak adil. Amnesty International melaporkan bahwa banyak dari mereka yang dihukum mati adalah individu yang terlibat dalam kasus-kasus yang tidak mematikan. Termasuk pelanggaran yang terjadi saat mereka masih di bawah umur.

Keluarga korban juga sering kali tidak diberikan informasi yang jelas mengenai status hukum anggota mereka. Dalam banyak kasus, eksekusi dilakukan tanpa pemberitahuan yang cukup, meninggalkan keluarga dalam kondisi ketidakpastian dan rasa sakit yang berkepanjangan.

Baca Juga: Suami Di Makassar Tega Bunuh dan Timbun Jasad Istri, Dituntut 20 Tahun Penjara!

Dampak Sosial dan Psikologis

Dampak dari meningkatnya jumlah eksekusi ini cukup signifikan bagi masyarakat Arab Saudi. Banyak keluarga kehilangan anggota mereka dengan cara yang tragis tanpa ada kesempatan untuk melakukan pembelaan yang adil. Rasa takut akan eksekusi yang tiba-tiba membuat masyarakat hidup dalam ketidakpastian dan ketakutan.

Keluarga Youssef Al-Manasif, yang menghadapi eksekusi atas pelanggaran non-mematikan, melaporkan bahwa mereka hidup dalam ketakutan terus-menerus. Mereka berharap agar pemerintah menunjukkan belas kasihan dan menghormati janji untuk tidak mengeksekusi anak-anak yang terlibat dalam pelanggaran saat masih remaja.

Implikasi Internasional

Kenaikan jumlah eksekusi di Arab Saudi tidak hanya menjadi masalah domestik tetapi juga menimbulkan reaksi internasional. Banyak negara dan organisasi hak asasi manusia mengecam praktik ini, yang dianggap melanggar norma-norma internasional. Reprieve, sebuah organisasi hak asasi manusia, menyatakan bahwa Arab Saudi berisiko menghadapi sanksi diplomatik dan pressure global di tengah meningkatnya perhatian mengenai pelanggaran hak asasi manusia.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB juga dijadwalkan untuk melakukan pemungutan suara pada 9 Oktober mengenai kelayakan Arab Saudi. Untuk bergabung dengan badan tersebut, suatu keputusan yang bisa menjadi pengaruh besar bagi citra internasional negara itu. Pada pertemuan sebelumnya, banyak negara anggota yang tidak memberikan kursi kepada Saudi karena catatan hak asasi manusia yang buruk.

Strategi Masa Depan

Di tengah sorotan internasional dan kritik yang tajam, Arab Saudi menghadapi tantangan untuk menghadirkan reformasi yang lebih substansial dalam kebijakan hukuman mati mereka. Desakan dari berbagai organisasi hak asasi manusia untuk memberlakukan moratorium terhadap eksekusi mati. Mereformasi sistem peradilan pidana diharapkan bisa menjadi langkah ke arah yang lebih baik.

Pengamat berpendapat bahwa untuk menyelaraskan citra Arab Saudi dengan modernitas dan harapan untuk mendapatkan pengakuan internasional. Pemerintah harus meninjau kembali kebijakan eksekusi ini dan mencari cara alternatif dalam menegakkan hukum, termasuk program rehabilitasi bagi pelanggar hukum. Reformasi ini tidak hanya menjadi keharusan dalam konteks internasional. Tetapi juga sangat penting untuk mengurangi ketidakpuasan masyarakat yang semakin meningkat di dalam negeri.

Kesimpulan

​Arab Saudi telah mencatat tahun 2024 sebagai tahun paling berdarah dengan eksekusi mencapai 199 orang, sebuah angka yang mencerminkan kebijakan hukuman mati yang keras di bawah pemerintahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Meskipun ada berbagai alasan dan konteks yang melatarbelakangi lonjakan angka eksekusi ini, tetap saja dampaknya bagi masyarakat sangat besar. Keluarga-keluarga yang kehilangan anggota mereka menderita akibat ketidakpastian dan kehilangan. Kecaman internasional terus bermunculan, dan tekanan untuk melakukan reformasi semakin meningkat.

Dalam upaya untuk meningkatkan citra internasional dan memenuhi standar hak asasi manusia, Arab Saudi perlu mempertimbangkan langkah-langkah signifikan. Untuk mengurangi penggunaan hukuman mati dan berupaya mencapai keadilan bagi semua rakyatnya. Seiring dunia memantau situasi dengan seksama, harapan akan reformasi yang lebih baik dan hak asasi manusia di Arab Saudi tetap ada. Buat kalian yang selalu ketinggalan berita, sekarang kalian jangan ragu karena viralfirstnews.com akan selalu memberikan informasi mengenai berita viral, ter-update dan terbaru setiap harinya.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *