Meninggalnya Fethullah Gulen, Rival Abadi Erdogan

bagikan

Fethullah Gulen seorang ulama dan pemikir terkemuka asal Turki, meninggal dunia pada 21 Oktober 2024 di Amerika Serikat pada usia 83 tahun.

Meninggalnya Fethullah Gulen, Rival Abadi Erdogan

Gulen dikenal sebagai pendiri gerakan Hizmet yang memiliki pengaruh luas dalam bidang pendidikan dan sosial. Namun, ia juga dikenal sebagai musuh bebuyutan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Kematian Gulen menandai berakhirnya salah satu bab paling kontroversial dalam sejarah politik Turki modern. Artikel KEPPOO INDONESIA akan mengupas kehidupan, pemikiran, dan dampak dari kematiannya terhadap situasi politik di Turki dan hubungan internasional.

Profil Fethullah Gulen

Fethullah Gulen lahir pada 27 April 1941, di Erzurum, Turki. Sejak muda, ia menunjukkan minat yang besar terhadap agama dan pendidikan. Gulen memulai kariernya sebagai seorang guru dan khatib, menjalankan misi untuk menyebarkan ajarannya yang moderat dan inklusif. Pada tahun 1970-an, Gulen mulai mengorganisir komunitas yang mendukung nilai-nilai pendidikan, spiritualitas, dan dialog antaragama.

Dalam waktu singkat, Gulen berhasil mendirikan jaringan pendidikan yang semakin luas, termasuk sekolah-sekolah di dalam dan di luar Turki. Sekolah-sekolah ini dikenal karena kurikulum akademiknya yang kuat dan pendekatan sekuler terhadap pendidikan, meskipun didirikan dengan prinsip-prinsip Islam. Melalui jaringan ini, Gulen memperoleh pengikut yang setia dan memperkuat pengaruhnya di kalangan masyarakat.

Gerakan Hizmet

Gerakan Hizmet, yang berarti “layanan” dalam bahasa Turki, menjadi fondasi dari ajaran dan nilai-nilai yang dibawa oleh Gulen. Hizmet ini berfokus pada pendidikan, pelayanan masyarakat, dan dialog antaragama. Salah satu strategi kunci Gulen adalah pembangunan institusi pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai moral dan akademik.

Sekolah-sekolah Hizmet tidak hanya beroperasi di Turki, tetapi juga menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Melalui pendidikan, Gulen berharap dapat mempromosikan toleransi dan pemahaman lintas budaya. Gerakan ini mendapatkan reputasi positif, terutama di kalangan mereka yang mencari pendidikan berkualitas, sehingga semakin memperkuat posisi Gulen dalam masyarakat.

Hubungan dengan Erdogan

Pada awal 2000-an, Fethullah Gulen dan Recep Tayyip Erdogan, yang saat itu memimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), awalnya merupakan sekutu. Keduanya memiliki visi yang sama dalam mengembangkan Turki dan memperkuat posisi negara dalam bidang global. Namun, seiring bertambahnya kekuasaan Erdogan dan meningkatnya pengaruh Gulen, hubungan antara keduanya mulai memburuk.

Krisis antara Gulen dan Erdogan mencapai puncaknya setelah upaya kudeta yang gagal pada Juli 2016. Erdogan dengan cepat menuduh Gulen sebagai otak di balik kudeta tersebut, meskipun Gulen dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Tuduhan ini memicu penangkapan ribuan orang yang dianggap mendukung Gulen, termasuk pejabat, guru, dan mahasiswa. Penangkapan massal dan tindakan keras terhadap gerakan Hizmet menyebabkan Indonesia mengubah cara pandang masyarakat terhadap Gulen.

Konsekuensi dari Kudeta

Setelah kudeta, pemerintah Turki di bawah Erdogan melancarkan serangkaian tindakan penindasan yang menargetkan para pendukung Gulen dan gerakan Hizmet. Ratusan ribu orang dipecat dari pekerjaan mereka, di penjara berdasarkan dakwaan yang sering kali tidak berdasar. Di sisi lain, pemerintah Turki juga berusaha untuk mengaitkan Gulen dengan berbagai dugaan aktivitas terorisme dan korupsi, yang semakin memperparah citra Gulen di mata publik.

Namun, di luar Turki, Gulen masih memiliki banyak pengikut, terutama di kalangan diaspora Turki. Banyak mantan pengikut Gulen yang tetap berbicara tentang keberhasilan pendidikan dan prinsip-prinsip bermasyarakat yang diajarkan oleh Gulen. Hal ini menciptakan polarisasi yang terus berlangsung antara mereka yang mendukung Gulen dan mereka yang setia kepada Erdogan.

Baca Juga: Miftah Banting Anak Hingga Pingsan, Karena Tak Sholat Jumat

Pemikiran dan Filosofi Gulen

Salah satu aspek paling menarik dari Fethullah Gulen adalah pandangannya mengenai agama dan sains. Ia percaya bahwa keduanya dapat berjalan berdampingan dan saling melengkapi. Gulen mengadvokasi pentingnya pendidikan sains, teknologi, dan pengetahuan umum bagi generasi muda. Ia sering mengingatkan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih baik.

Gulen juga dikenal karena pandangan moderat dan inklusif terhadap agama. Ia mengadvokasi dialog antaragama, berusaha menjembatani kesenjangan antara berbagai tradisi keagamaan. Dalam banyak hal, filosofi Gulen mencerminkan upayanya untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis. Kematian Gulen adalah kehilangan besar bagi mereka yang mempercayai pentingnya dialog dan pemahaman di antara agama.

Kesehatan dan Kematian

Gulen tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, Amerika Serikat, sejak tahun 1999, di mana ia terus terlibat dalam aktivitas pendidikannya dan memimpin gerakan Hizmet dari jauh. Selama beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan Gulen semakin memburuk, termasuk masalah jantung dan lainnya, yang mempengaruhi aktivitas sehari-harinya.

Pada 21 Oktober 2024, berita mengenai kematiannya mengejutkan banyak orang di seluruh dunia, terutama di Turki. ​Kematian Gulen menandai akhir dari salah satu era paling kontroversial dalam sejarah politik Turki modern, di mana pandangan dan ajarannya menjadi subjek perdebatan yang sengit di masyarakat.​

Reaksi Global dan Dampak

Setelah kematian Gulen, berbagai reaksi muncul dari berbagai negara dan komunitas. Di Amerika Serikat, banyak orang yang mengenang kontribusinya terhadap pendidikan dan pelayanan sosial. Dia dipandang sebagai simbol harapan dan reformasi, sehingga kematiannya terasa menyedihkan bagi banyak pengikutnya.

Sebaliknya, di Turki, reaksi terhadap kematian Gulen lebih beragam. Pendukung Erdogan mungkin melihat kematian Gulen sebagai akhir dari ancaman yang dihadapinya, sementara banyak pendukung Gulen merasa kehilangan tokoh besar yang telah berjuang untuk nilai-nilai mereka.

Masa Depan Hizmet

Kematian Fethullah Gulen membawa banyak pertanyaan mengenai masa depan gerakan Hizmet. Tanpa kehadiran pemimpin karismatik ini, ada kekhawatiran bahwa gerakan tersebut mungkin kehilangan arah. Meskipun demikian, banyak pengikut tetap setia pada ajaran Gulen, dan beberapa di antara mereka berpotensi untuk mengambil alih kepemimpinan dalam merawat dan melanjutkan misi gerakan ini.

Salah satu tantangan terbesar bagi gerakan Hizmet adalah menghadapi stigma yang terkait dengan nama Gulen di Turki. Ketika pemerintah terus melawan gagasan dan nilai-nilai yang pernah diajarkan, para pengikut Gulen akan berusaha menemukan cara untuk melanjutkan prinsip pendidikan dan toleransi yang dicanangkannya.

Kesimpulan

Fethullah Gulen, sebagai pemimpin dan pemikir, telah meninggalkan warisan yang kompleks dan beragam. Kematian Gulen adalah momen refleksi bagi dunia tentang pentingnya pendidikan, toleransi, dan dialog yang damai. Selama berpuluh-puluh tahun, Gulen berhasil menginspirasi banyak orang untuk mengejar impian dan cita-cita mereka, serta mengadvokasi pentingnya pemahaman antarbudaya.

Meski tubuhnya telah pergi, ajaran dan pemikirannya akan terus hidup dalam praktik pendidikan dan kerjasama antaragama yang telah ia bina. Saat dunia menapaki langkah ke depan, orang-orang akan tetap mengenang pengaruh Gulen dan perjuangannya dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih toleran. Kematian Fethullah Gulen menandai akhir dari sebuah era, tetapi juga awal bagi diskusi yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai universal yang diusungnya. Buat kalian yang selalu ketinggalan berita, sekarang kalian jangan ragu karena viralfirstnews.com akan selalu memberikan informasi mengenai berita viral, ter-update dan terbaru setiap harinya.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *