Miris! Gadis ABG di Gorontalo Diperkosa 20 Pemuda, Semua Pelaku Ditangkap!
Kasus tragis yang menggemparkan publik terjadi di Gorontalo, di mana seorang gadis ABG yang diperkosa 20 Pemuda secara bergiliran.
Peristiwa ini memicu kemarahan masyarakat atas tindakan keji dan tidak manusiawi tersebut. Berkat laporan yang cepat dan tindakan tegas dari pihak kepolisian, seluruh pelaku berhasil ditangkap dalam waktu singkat. Saat ini, para pelaku sedang menjalani proses hukum yang diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan terhadap perempuan dan anak serta penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku kejahatan seksual. KEPPOO INDONESIA ini akan membahas kronologi kejadian, reaksi masyarakat, serta langkah-langkah yang perlu diambil ke depan untuk mencegah terulangnya kasus serupa.
Kronologi Pemerkosaan Massal
Sebanyak 20 pemuda di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo memerkosa gadis berusia 15 tahun secara bergilir hingga korban trauma. Polisi pun telah menangkap semua pelaku. Kejadian ini berlangsung dengan sangat cepat. Dalam waktu beberapa jam, korban diperkosa secara bergiliran oleh 20 pemuda yang tergabung dalam kelompok tersebut. Pemerkosaan itu terjadi di wilayah Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo pada Kamis (23/1).
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Yos mengatakan pihaknya mengamankan pelaku pada Selasa (24/1) sekitar pukul 22.00 Wita. Korban awalnya pamit kepada orang tuanya untuk keluar bersama temannya bernama Rahmat Pakaya. Namun saat ibu korban pergi untuk menjemputnya, korban tidak berada di lokasi itu dan telah dijemput oleh pelaku.
“Berawal dari korban pamitan untuk minta izin keluar bersama teman laki-laki korban dijemput Rahmat akan tetapi ibu korban tidak mengizinkan keluar malam namun diizinkan oleh ayah korban dengan syarat agar cepat pulang. Setelah larut malam sekitar pukul 12.00 Wita korban tidak kunjung pulang akhirnya ayah korban mencari sampai di seputaran taman telaga namun tidak ditemukan,” ungkap Yos.
Orang tua korban baru mengetahui anaknya berada di lapangan Padebuolo berdasarkan informasi dari teman korban pada keesokan harinya. Korban pun dijemput lalu dibawa orang tuanya ke Polsek Telaga. “Setelah esok harinya HP korban dihubungi aktif tapi tidak ada respons kemudian orang tua korban berusaha mencari akhirnya dapat ditemukan melalui informasi dari teman korban yang membantu mencari.
Kemudian korban dijemput di lapangan Padebuolo, Kota Gorontalo, lalu orang tua korban membawa korban ke Polsek Telaga untuk dimintai keterangan,” jelasnya. Menurut Yos, setelah Rahmat memperkosa korban, para pelaku lainnya juga ikut melakukan pemerkosaan dengan cara bergiliran.
“Dimintai keterangan dan ditemukan adanya kekerasan seksual di mana korban dipaksa oleh pelaku Rahmat Pakaya untuk berhubungan layaknya suami istri kemudian korban juga mengaku ada 19 orang laki-laki temannya yang telah melakukan persetubuhan terhadap korban secara bergilir yang mengakibatkan korban trauma dan takut,” ucapnya.
Baca Juga:
Penangkapan Seluruh Pelaku
Setelah mendapat laporan dari korban, pihak kepolisian segera melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap semua pelaku yang terlibat. Dalam waktu kurang dari 24 jam, para pelaku berhasil dibekuk di beberapa lokasi yang berbeda. Polisi memastikan tidak ada satu pun pelaku yang lolos dari jeratan hukum.
“Iya, 20 pemuda sudah diamankan di Polda Gorontalo. Mereka telah melakukan persetubuhan terhadap korban secara bergilir,” kata Ditreskrium Polda Gorontalo Kombes Yos Guntur Yuni Fauris Susanto, Selasa (28/1/2025). Penangkapan yang cepat ini menunjukkan keseriusan aparat dalam menangani kasus kekerasan seksual, terutama yang melibatkan anak di bawah umur.
Kapolres Gorontalo mengungkapkan bahwa proses hukum akan dilakukan dengan seadil-adilnya, dan para pelaku akan dijerat dengan pasal tentang kekerasan seksual dan pemerkosaan. Polisi juga berjanji untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan para pelaku mendapat hukuman yang setimpal.
Respons Keluarga dan Masyarakat
Kasus pemerkosaan massal ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama dari masyarakat Gorontalo dan aktivis perlindungan anak. Banyak pihak yang mengecam tindakan brutal para pelaku dan menyerukan agar keadilan ditegakkan secepatnya.
Keluarga korban sangat terpukul dengan kejadian ini. Mereka langsung melaporkan peristiwa tersebut ke pihak berwajib. Ayah korban menyatakan bahwa ia tidak akan tinggal diam dan berharap para pelaku mendapat hukuman setimpal atas perbuatan mereka.
Masyarakat Gorontalo juga turun tangan dengan mengadakan aksi solidaritas. Mereka menyerukan keadilan bagi korban dan menuntut pemerintah serta aparat penegak hukum untuk memperkuat perlindungan terhadap perempuan dan anak. Isu ini dengan cepat menyebar di media sosial, menarik perhatian nasional.
Dampak Psikologis terhadap Korban
Selain dampak hukum yang harus dihadapi oleh para pelaku, dampak psikologis terhadap korban juga sangat besar. Seorang remaja yang seharusnya menikmati masa muda dan tumbuh dengan penuh harapan kini harus menghadapi trauma akibat pemerkosaan yang dialaminya. Menurut psikolog, remaja yang menjadi korban kekerasan seksual seringkali mengalami gangguan emosional dan psikologis jangka panjang.
Korban pemerkosaan pada usia remaja sangat rentan mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Oleh karena itu, penting bagi korban untuk segera mendapatkan dukungan psikologis. Terapi dan konseling dapat membantu proses pemulihan mental korban, serta memberikan kekuatan untuk menghadapinya meski perjalanan pemulihan memerlukan waktu yang panjang.
Kesimpulan
Kasus ini membuka mata banyak pihak tentang urgensi pencegahan kekerasan seksual. Edukasi sejak dini menjadi salah satu langkah penting untuk mencegah anak muda terjebak dalam tindakan kriminal seperti yang dilakukan para pelaku.Selain itu, sistem perlindungan untuk korban juga perlu diperkuat.
Trauma yang dialami oleh korban membutuhkan penanganan khusus melalui pendampingan psikologis. Semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga, diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak-anak. Ikutin terus perjalan kami dalam memberikan Informasi terbaru dan terlengkap hannya di KEPPOO INDONESIA.