Bongkar Data Mengejutkan Keracunan MBG: Lebih dari 5.000 Korban, Jawa Barat Terbanyak
Faktor-Faktor Penyebab Keracunan MBG
Istana telah mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Salah satu penyebab signifikan adalah kondisi makanan yang tidak higienis. Selain itu, suhu makanan yang tidak sesuai dan ketidaksesuaian dalam proses pengolahan pangan juga menjadi faktor pemicu.
Kontaminasi silang dari petugas yang mengolah makanan turut diidentifikasi sebagai penyebab. Terdapat indikasi bahwa beberapa kasus keracunan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi pada penerima manfaat. Menurut dokter ahli gizi masyarakat Tan Shot Yen, bakteri dan jamur yang mencemari makanan sangat berbahaya.
Kontaminasi ini bisa terjadi akibat memasak tidak matang sempurna, kurangnya kebersihan pekerja dapur seperti tidak menggunakan penutup kepala atau sarung tangan, penggunaan bahan baku tidak segar atau berkualitas rendah, metode penyimpanan yang salah, kebersihan dapur dan peralatan kurang, serta proses pengemasan dan pengantaran yang tidak menjaga suhu makanan tetap di atas 60 derajat Celsius.
Informasi Gembira bagi pecinta bola bisa nonton sepuasnya, menggunakan Link Aplikasi Nonton Bola GRATIS Shotsgoal Apk, Segera download!

Temuan Investigasi dan Kondisi Higienitas SPPG
Belum semua Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) sepenuhnya menerapkan prosedur keamanan pangan. Per September 2025, hanya 413 dari 1.379 SPPG yang memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) keamanan pangan dan dari jumlah tersebut hanya 312 yang benar-benar menjalankannya.
Kepatuhan terhadap SOP dan kepemilikan Sertifikasi Laik Higiyine dan Sanitasi (SLHS) dari Kementerian Kesehatan sangat penting untuk mitigasi dan pencegahan keracunan. Data menunjukkan bahwa hanya 34 dari 8.549 SPPG yang memiliki SLHS.
Investigasi di beberapa wilayah menemukan kontaminasi bakteri dan jamur pada makanan MBG. Di Tasikmalaya, bakteri Bacillus subtilis ditemukan pada lauk ayam teriyaki. Di Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatra Selatan, tempe goreng terkontaminasi Staphylococcus aureus dan air bersih yang digunakan untuk pengolahan makanan mengandung bakteri Coliform serta Escherichia coli (E.coli). Ikan tongkol suwir di PALI bahkan dilaporkan berlendir dan berbau.
Di Bandung, bakteri Bacillus cereus dan jamur Candida tropicalis ditemukan pada sayuran dan melon. Fasilitas dapur MBG di Bandung juga tidak memenuhi standar higienitas dan sanitasi, terlihat dari penyimpanan wadah makanan terbuka dan penggunaan lap kotor.
Baca Juga:
Akar Permasalahan dan Temuan Investigasi
Istana mengidentifikasi empat penyebab utama keracunan MBG. Pertama, higienitas makanan tidak terjaga. Kedua, suhu makanan dan proses pengolahan tidak sesuai standar. Ketiga, kontaminasi silang dari petugas pengolah makanan. Keempat, sebagian kasus keracunan dipicu oleh alergi pada penerima manfaat.
Banyak Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum sepenuhnya menerapkan prosedur keamanan pangan. Dari 1.379 SPPG per September 2025, hanya 413 memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) keamanan pangan dan hanya 312 yang benar-benar menjalankannya. Dari 8.583 SPPG, baru 34 memiliki Sertifikasi Laik Higiyine dan Sanitasi (SLHS) sebagai bukti pemenuhan standar keamanan pangan.
Investigasi di beberapa lokasi menemukan kontaminasi mikrobiologis. Di Tasikmalaya, lauk ayam teriyaki terkontaminasi bakteri Bacillus subtilis. Di PALI, Sumatra Selatan, tempe goreng mengandung Staphylococcus aureus serta air bersih Coliform dan E.coli.
Dapur MBG di Bandung juga tidak memenuhi standar higienitas, dengan wadah makanan terbuka dan penggunaan lap kotor. Dokter gizi Tan Shot Yen menekankan kontaminasi ini berbahaya. Penyebabnya antara lain proses memasak tidak matang, kebersihan pekerja buruk, bahan baku jelek, penyimpanan tidak tepat, dan distribusi yang tidak menjaga suhu makanan.
Respons Pemerintah dan Tuntutan Evaluasi
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan permintaan maaf dan berjanji melakukan evaluasi. BGN membentuk Satgas KLB untuk menangani insiden keracunan dan berjanji membiayai pengobatan serta memberikan kompensasi kepada korban. Pemerintah juga berupaya menekan risiko pungutan liar dalam pembentukan SPPG yang ditargetkan mencapai 30 ribu untuk 83 juta penerima manfaat pada 2025.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan pakar gizi mendesak penghentian sementara MBG untuk evaluasi menyeluruh. Banyak orang tua menolak anak mereka menerima MBG karena trauma, mengkritik program sebagai “bukannya meringankan malah membahayakan.”
Kesimpulan
Data keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan lebih dari 5.000 korban, dengan Jawa Barat sebagai provinsi dengan kasus terbanyak data mengejutkan korban MBG Jabar, menyoroti masalah serius terkait higienitas dan keamanan pangan. Penyebab utama meliputi kondisi makanan tidak higienis, suhu pengolahan yang tidak tepat, kontaminasi silang, dan kurangnya kepatuhan SPPG terhadap standar keamanan pangan dan sertifikasi higienitas.
Meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah seperti evaluasi dan pembentukan Satgas KLB, desakan untuk menghentikan sementara program MBG dan melakukan evaluasi menyeluruh semakin kuat, mengingat kekhawatiran dan trauma yang dialami oleh para orang tua serta meningkatnya jumlah korban. Jangan ragu datang kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi viral yang ada di KEPPOO INDONESIA.
Sumber informasi gambar:
- Gambar Pertama Dari tirto.id
- Gambar Kedua Dari mediaindonesia.com