Dengan 50.000 Personel, Tentara Israel Tak Berhasil Menguasai Satupun Desa di Lebanon
Pada tanggal 1 Oktober 2024, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon, menandai dimulainya operasi militer untuk menghancurkan infrastruktur militer Hezbollah di selatan Lebanon.
Meskipun melibatkan lebih dari 50.000 personel dan peralatan militer canggih, operasi tersebut menghadapi tantangan signifikan dan berakhir tanpa keberhasilan dalam menguasai satu pun desa di kawasan yang bergejolak ini. Artikel KEPPOO INDONESIA akan mengeksplorasi latar belakang situasi, jalannya operasi, strategi yang digunakan oleh kedua belah pihak. Serta dampak dari hasil yang mengecewakan bagi ke dua negara.
Latar Belakang Konteks Pertempuran
Keterlibatan Israel di Lebanon bukanlah hal baru. Sejak akhir 1970-an, hubungan antara Israel dan kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di Lebanon telah menyebabkan berbagai konflik, termasuk invasi besar pada tahun 1982. Dalam tahun-tahun terakhir, Hezbollah, sebuah kelompok militan yang dukungannya berasal dari Iran. Telah menjadi kekuatan dominan di Lebanon, terutama di daerah perbatasan.
Ketegangan meningkat setelah serangan roket beruntun yang diluncurkan oleh Hezbollah ke wilayah utara Israel, memaksa banyak penduduk untuk mengungsi. Israel, yang merasa perlu untuk melindungi warganya dan memperkuat keamanannya di utara. Mengumumkan operasi militer untuk menetralkan ancaman yang ditimbulkan oleh Hezbollah. Operasi ini diwartakan sebagai tindakan “pemulihan keamanan” bagi penduduk yang telah lama tinggal dalam ketakutan akibat serangan roket.
Jalannya Operasi Militer Israel
Operasi yang dipimpin oleh Israel, yang disebut Operasi Keamanan Utara. Dimulai dengan serangan udara yang masif dan berulang ke berbagai target di Lebanon. Strategi ini bertujuan untuk merusak kemampuan temporer Hezbollah dalam menyerang kembali. Serangan ini mencakup:
- Penargetan Infrastruktur Militer: Israel awalnya fokus menargetkan lokasi-lokasi strategis tempat penyimpanan senjata dan roket, basis peluncuran, serta pos-pos komando Hezbollah di sepanjang perbatasan selatan.
- Serangan Darat: Setelah menguasai langit dengan kekuatan udara, Israel mengirimkan pasukan darat untuk melakukan operasi militer yang lebih mendalam. Namun, mereka menemukan diri mereka terjebak dalam jebakan yang telah dipersiapkan oleh Hezbollah.
- Tambahan Panglima: Delapan batalion dari berbagai unit elite IDF, termasuk Golani Brigade, dikerahkan dalam operasi ini untuk meningkatkan efektivitas serangan dan berupaya menguasai desa-desa strategis di selatan Lebanon.
Strategi Pertahanan Hezbollah
Hezbollah dikenal dengan strategi pertahanan yang canggih dan pengalaman bertempur yang luas. Dalam menghadapi invasi besar Israel, mereka menerapkan beberapa taktik efektif, antara lain:
- Taktik Pertahanan Jaringan: Hezbollah telah membangun infrastruktur pertahanan yang kokoh, termasuk sistem terowongan, posisi-tempat meriam dan peluncur roket yang tersembunyi, yang membuat serangan Israel sulit mencapai targetnya.
- Ambush dan Serangan Ceat Taktis: Kelompok ini mengandalkan ambush untuk menjebak pasukan Israel saat mereka memaksa maju ke area yang lebih dalam. Taktik ini terbukti sangat efektif, menyebabkan banyak kerugian untuk tentara Israel meskipun mereka memiliki superioritas jumlah.
- Pertemuan Terencana dan Rencana Jangka Panjang: Sebelum invasi, Hezbollah merencanakan serangan dan menyerang tepat pada waktu yang kritis, menciptakan kekacauan di antara barisan Israel. Mereka juga mempunyai usulan memanfaatkan gelombang serangan untuk meminimalkan target serangan.
Baca Juga: Aksi Nyata Untuk Rakyat: Relawan Spartan Deklarasikan Dukungan Untuk ASS-Fatma
Kerugian yang Dialami Israel
Meskipun Israel memulai operasi dengan ambisi tinggi untuk menguasai wilayah, hasil dari operasi ini jauh dari yang diharapkan. Setelah sebulan berlangsungnya pertempuran, Israel dilaporkan tidak berhasil mengambil alih satu pun desa. Pertimbangan berikut ini mencerminkan kerugian besar yang dialami oleh tentara Israel:
- Kehilangan Personel: Menurut laporan, Israel mengalami kerugian signifikan dengan lebih dari 100 tentara yang tercatat telah tewas dan ratusan lainnya terluka, akibat serangan balik dari Hezbollah.
- Perlengkapan Militer yang Hancur: Sebanyak 42 tank Merkava, sejumlah kendaraan tempur, dan alat berat lainnya dilaporkan hancur selama operasi. Banyak dari kerugian ini disebabkan oleh serangan koordinasi dari pasukan Hezbollah dengan senjata anti-tank yang efektif.
- Kehilangan Moral: Dengan tidak berhasilnya menciptakan hasil yang diinginkan, moral tentara Zionis menurun. Ini ditunjukkan melalui keresahan pasukan di lapangan, dan juga penurunan dukungan publik di Israel yang mulai merasa skeptis terhadap operasi tersebut.
Dampak Jangka Panjang Keamanan di Lebanon
Hasil dari operasi ini berpotensi memicu dampak yang luas bagi Lebanon, baik secara politik maupun sosial. Beberapa efeknya meliputi:
- Penyebaran Ketidakpastian: Pertempuran yang berkepanjangan telah menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi dari rumah mereka. Pengungsi tersebut menghadapi risiko kekurangan akses ke makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal yang layak, terutama menjelang musim dingin.
- Politik Fraktal: Ketegangan antar komunitas meningkat, termasuk antara kelompok mendukung Hezbollah dan mereka yang menolaknya. Berpotensi mengarah pada ketidakstabilan lebih lanjut dalam politik Lebanon yang sudah rapuh.
- Peluang bagi Hezbollah: Meski mengalami kerugian, kekuatan serangan balasan Hezbollah telah meningkatkan popularitas kelompok di mata pendukungnya, mendorong gambaran bahwa mereka adalah seteru yang kuat dan mampu menghadapi kekuatan militer Israel.
Kesimpulan
Kegagalan Israel untuk menguasai satu pun desa menyiratkan pentingnya evaluasi strategi militer dan kepemimpinan dalam menghadapi konflik yang kompleks ini. Kelemahan dalam intelijen, kekurangan pemahaman terhadap strategi pertahanan Hezbollah. Serta kesalahan dalam pelaksanaan taktik medan perang yang terdesentralisasi menjadi penyebab utama bagi hasil yang mengecewakan. Bukan hanya bagi Israel, tetapi juga bagi berbagai aktor internasional yang terlibat di kawasan. Keadaan ini memberikan pelajaran berharga tentang kompleksitas konflik di Lebanon.
Dengan terus berlanjutnya ketegangan di perbatasan, membuat setiap langkah ke depan memerlukan perhitungan yang hati-hati dan strategi yang matang untuk mencapai hasil yang positif dalam jangka panjang. Keterlibatan dalam konflik yang berlarut-larut tidak hanya mengancam stabilitas regional tetapi juga memperbesar risiko terhadap keamanan dan kemanusiaan di Lebanon dan sekitarnya. Buat kalian yang selalu ketinggalan berita, sekarang kalian jangan ragu karena viralfirstnews.com akan selalu memberikan informasi mengenai berita viral, ter-update dan terbaru setiap harinya.