Heboh Camilan Berlogo Halal Namun Mengandung Babi, Kok Bisa?

bagikan

Kasus camilan berlogo halal namun mengandung babi adalah pelajaran penting bagi semua pihak: dari produsen, distributor, hingga konsumen.

Heboh Camilan Berlogo Halal Namun Mengandung Babi, Kok Bisa?
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana bisa produk yang sudah berlabel halal ternyata mengandung bahan haram bagi umat Muslim? Apakah ada celah dalam sistem sertifikasi halal? Atau ini murni kelalaian produsen? Berikut ulasan lengkapnya hanya di !

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Awal Mula Kasus Viral

Kejadian ini pertama kali mencuat di media sosial saat seorang netizen memposting foto bungkus camilan impor yang dijual di sebuah swalayan besar di Jakarta. Dalam foto tersebut tampak jelas logo halal tertera di bagian depan kemasan, namun dalam daftar komposisi di bagian belakang tertulis “gelatin (porcine)” yang berarti gelatin berasal dari babi.

Unggahan tersebut pun langsung viral, menyulut kemarahan dan kebingungan warganet. Banyak yang mengaku sempat membeli produk serupa karena mengira produk tersebut aman dikonsumsi karena ada label halal. Tak butuh waktu lama, lembaga berwenang pun turun tangan untuk melakukan investigasi.

Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

shotsgoal apk  

Label Halal Bukan Jaminan Mutlak

Nah, di sinilah kita harus mulai kritis. Label halal yang tercetak di kemasan memang penting, tapi ternyata ada juga kasus di mana logo halal itu dicetak secara sepihak tanpa sertifikasi resmi. Atau, bisa juga label halal itu dikeluarkan dari lembaga halal luar negeri yang standarnya berbeda dengan standar halal di Indonesia.

Contohnya gini: Di beberapa negara, gelatin babi bisa dianggap “tidak haram” kalau katanya udah mengalami proses kimiawi tertentu. Tapi buat standar MUI di Indonesia, gelatin babi tetap masuk kategori haram, apapun prosesnya. Jadi walaupun di negara asalnya boleh, di sini tetap nggak boleh.

Kalau suatu produk beredar di Indonesia dan pengimpor atau distributornya nggak teliti soal label, maka bisa saja makanan dengan bahan haram masuk ke pasaran tanpa kita sadari.

Baca Juga: Guru di Asahan Ditangkap Polisi Usai Cabuli-Sodomi 4 Bocah Laki-Laki

Ada Kemungkinan Salah Cetak Atau Salah Label

Ada Kemungkinan Salah Cetak Atau Salah Label
Pertanyaannya sekarang: kok bisa sih produk kayak gitu lolos masuk ke toko-toko, bahkan sampai ke rak minimarket besar?

Ada beberapa kemungkinan:

  • Importir lalai atau sengaja menutup-nutupi kandungan aslinya. Bisa jadi mereka cuma fokus jualan, tanpa benar-benar mengecek kandungan produk satu per satu.

  • Tidak semua produk impor diwajibkan untuk sertifikasi ulang oleh LPPOM MUI sebelum beredar di pasaran.

  • Logo halal palsu atau tidak sesuai standar Indonesia. Banyak kasus di mana produsen mencetak logo halal dari negara lain yang tidak diverifikasi oleh lembaga halal kita.

Pihak BPOM dan LPPOM MUI pun sudah memberikan pernyataan. Katanya mereka akan menelusuri kasus ini dan memeriksa ulang izin edar produk yang bersangkutan. Kalau ternyata benar ada pelanggaran, produk tersebut bisa ditarik dari peredaran dan pihak importir dikenakan sanksi administratif.

Apa yang Bisa Kita Lakukan Sebagai Konsumen?

Kejadian ini jadi pengingat buat kita semua bahwa jadi konsumen itu nggak boleh cuma pasif. Kita juga harus aktif dan cermat, apalagi kalau menyangkut produk makanan. Beberapa hal yang bisa kita lakuin:

  • Selalu cek komposisi bahan makanan, jangan cuma lihat logo halal aja.

  • Gunakan aplikasi resmi seperti BPOM Mobile atau Halal MUI untuk cek status registrasi produk.

  • Hati-hati sama produk impor yang packaging-nya full bahasa asing. Kadang info penting justru nggak diterjemahkan.

  • Beli produk dari brand atau distributor yang sudah jelas punya sertifikat halal resmi dari MUI.

Respons dari Publik dan Pemerintah

Setelah viral, nggak cuma warganet yang bersuara. Beberapa tokoh masyarakat, influencer muslim, dan bahkan ustaz-ustaz di media sosial ikut menanggapi. Banyak dari mereka menyayangkan kejadian ini dan mendesak agar pengawasan makanan impor diperketat.

Dari sisi pemerintah, Kementerian Agama dan BPOM pun akhirnya turun tangan. Mereka menyatakan bakal menindaklanjuti laporan ini dengan menelusuri produk yang beredar dan meninjau ulang SOP pengawasan makanan impor.

Beberapa supermarket besar bahkan langsung menarik produk tersebut dari rak setelah laporan itu ramai di media sosial. Ini jadi bukti bahwa suara publik bisa berdampak besar kalau disuarakan bersama-sama.

Simak dan ikuti terus KEPPOO INDONESIA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari www.murianetwork.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *