Keracunan Makanan Bergizi Gratis di Bogor, Korban Tembus 214 Orang
Jumlah korban keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang terjadi di Kota Bogor terus meningkat hingga mencapai 214 orang pada 10 Mei 2025.
Peristiwa ini melibatkan siswa dari berbagai tingkat pendidikan yang menerima paket MBG dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani, yang melayani 13 sekolah di wilayah tersebut. KEPPOO INDONESIA akan membahas peristiwa 214 orang keracunan massal yang terjadi akibat konsumsi makanan bergizi gratis di Bogor yang telah menyebabkan ratusan korban.
Tragedi Keracunan Massal di Kota Bogor
Kasus keracunan ini pertama kali dilaporkan pada 7 Mei 2025, ketika sejumlah siswa mulai mengalami gejala keracunan setelah menyantap MBG yang disediakan secara gratis di sekolah mereka. Dalam waktu singkat, korban yang awalnya tercatat 36 orang terus melonjak hingga mendekati angka 214 orang pada 10 Mei 2025.
Korban tersebar di berbagai sekolah mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA, yang semuanya mendapatkan makanan dari satu dapur penyedia yang sama. Para korban, yang terdiri dari siswa dan beberapa tenaga pendidik, mengalami gejala beragam seperti mual, muntah, diare, pusing, demam, dan sakit perut.
Dari total korban tersebut, sebagian besar mengalami keluhan ringan dan telah dipulangkan, namun masih terdapat 34 orang yang menjalani rawat inap di berbagai rumah sakit di Kota Bogor. Selain itu, 45 orang sedang mendapatkan perawatan rawat jalan, dan sisanya mengalami keluhan ringan.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton China vs Indonesia dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Penyebaran Korban dan Kondisi Terkini
Sebaran korban yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebar di sejumlah fasilitas kesehatan. Termasuk RS Hermina yang menampung 11 orang, RS Azra 4 orang, RS Islam 8 orang, RS EMC 2 orang, RS Graha Medika 2 orang, dan RS Mayapada 5 orang, serta beberapa rumah sakit lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyatakan bahwa meskipun masih ada pasien yang menjalani perawatan, sebagian besar kondisi mereka sudah menunjukkan perbaikan. Kondisi pasien yang menjalani rawat inap memang beragam, dengan beberapa yang masih mengalami keluhan, sementara yang lain sudah diperbolehkan pulang setelah kondisi membaik.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, juga mengunjungi para korban di rumah sakit dan menyatakan rasa prihatin atas kejadian ini. Meski demikian, ia menjelaskan bahwa kejadian keracunan di Bogor memiliki karakteristik berbeda bila dibandingkan dengan kasus serupa di daerah lain, karena gejala keracunan muncul secara bertahap selama beberapa hari, bukan langsung setelah makan.
Upaya Investigasi dan Penanganan
Pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor sedang melakukan investigasi epidemiologis secara terus menerus untuk mengidentifikasi sumber keracunan. Tim medis bersama instansi terkait telah mengambil sampel makanan dan muntahan dari korban untuk diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor.
Pengujian laboratorium dilakukan melalui empat tahap, yaitu pra pengayaan, pengayaan selektif, plating out, dan konfirmasi. Hasil uji laboratorium ini diperkirakan akan keluar beberapa hari setelah pengambilan sampel. Selain pemeriksaan laboratorium, Dinas Kesehatan juga berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk memastikan penanganan yang optimal.
Mereka juga melakukan edukasi kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan bergizi tersebut. Kepala Dinkes Kota Bogor menegaskan komitmen untuk melakukan pemantauan secara berkelanjutan hingga kasus ini benar-benar selesai. Selain itu, pihaknya berupaya memberikan perawatan dan rujukan sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan.
Baca Juga:
Instruksi Dari Pemerintah Kota Bogor
Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menginstruksikan Dinas Kesehatan untuk mengawasi proses persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan agar dilakukan secara aman, bersih, dan higienis. Ia menegaskan pentingnya menjaga kualitas makanan agar kejadian serupa tidak terulang. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat menikmati program MBG dengan aman dan nyaman tanpa rasa takut.
Dedie juga meminta rumah sakit yang menangani para korban untuk memberikan pelayanan terbaik dan melaporkan perkembangan kondisi pasien secara berkala. Pihaknya menunggu hasil uji laboratorium yang dijadwalkan selesai pada Minggu, 11 Mei 2025.
Setelah hasil tersebut diperoleh, ia akan berdiskusi dengan Badan Gizi Nasional untuk merumuskan langkah-langkah pencegahan dan penanganan di masa mendatang. Langkah ini dilakukan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Dedie berharap seluruh pihak dapat bekerja sama untuk memastikan keamanan dan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak yang menjadi sasaran program MBG.
Dampak dan Reaksi Masyarakat
Peristiwa ini memicu keprihatinan yang mendalam dari masyarakat setempat. Program makan bergizi gratis yang seharusnya membantu meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak sekolah malah berubah menjadi kekhawatiran besar. Beberapa sekolah yang terdampak melaporkan kejadian keracunan, dan beberapa siswa serta guru sudah mendapatkan perawatan intensif.
Komisi IV DPRD Kota Bogor melakukan inspeksi mendadak ke dapur penyedia MBG untuk meninjau langsung kondisi dan kebersihan dapur tersebut. Pihak SPPG Bosowa Bina Insani yang menyediakan paket MBG menyampaikan penyesalan atas kejadian ini. Mereka juga menyatakan telah menyerahkan sampel makanan kepada pihak berwenang untuk diperiksa.
Selain itu, mereka terus berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional serta Pemerintah Kota Bogor guna evaluasi dan perbaikan layanan ke depan. Kejadian ini menjadi perhatian serius untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang diberikan kepada anak-anak sekolah.
Kesimpulan
Kasus keracunan massal akibat konsumsi Makanan Bergizi Gratis di Kota Bogor menjadi perhatian serius. Hingga 10 Mei 2025, tercatat 214 korban dari berbagai sekolah yang sedang menjalani perawatan atau telah pulih dengan keluhan ringan. Pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, dan Badan Gizi Nasional masih menyelidiki sumber kejadian ini.
Mereka berupaya memastikan penyebabnya dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Penting bagi semua pihak untuk meningkatkan pengawasan dan menjaga standar kebersihan serta kualitas bahan makanan. Program MBG harus tetap bertujuan meningkatkan kesehatan anak tanpa membahayakan penerima manfaat.
Pemerintah Kota Bogor berkomitmen untuk memperbaiki dan mengawal program ini agar anak-anak tetap aman dan nyaman menerima manfaatnya. Simak dan ikuti terus KEPPOO INDONESIA agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari megapolitan.okezone.com
- Gambar Kedua dari daerah.bogor.pojoksatu.id