|

Pembantu Ini Menggunakan Gaji untuk Beli Saham: Ternyata Hasilnya Bikin Melongo!

bagikan

Kongsi Dagang Hindia Belanda atau yang lebih dikenal dengan nama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) merupakan salah satu perusahaan yang tidak hanya merevolusi tata kelola bisnis.

Pembantu Ini Menggunakan Gaji untuk Beli Saham: Ternyata Hasilnya Bikin Melongo!

Tetapi juga menciptakan sejarah dengan melakukan initial public offering (IPO) yang pertama di dunia pada tahun 1602. Di tengah perkembangan pesat VOC, muncul cerita menarik dari seorang pembantu rumah tangga bernama Neeltgen Cornelis, yang meskipun berasal dari latar belakang sederhana, berani mengambil langkah besar dengan berinvestasi dalam saham VOC.

Sejarah Singkat VOC

Kongsi Dagang Hindia Belanda atau VOC didirikan pada tahun 1602 dengan tujuan utama untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di kawasan Timur. Perusahaan ini, yang didirikan oleh Negara Jerman Belanda, berhasil menarik perhatian banyak investor melalui kekuatannya dalam menjual komoditas yang sangat dicari oleh pasar Eropa. Keputusan untuk melakukan IPO menjadi langkah strategis agar VOC bisa mengumpulkan modal untuk memperluas operasi mereka di Asia, khususnya di Indonesia, yang merupakan salah satu penghasil rempah terbaik di dunia.

Dengan IPO ini, Kongsi Dagang Hindia Belanda (VOC) menjadi perusahaan pertama yang menjual saham kepada publik di Bursa Efek Amsterdam. “Secara keseluruhan, ada 1.143 investor yang berinvestasi untuk modal awal VOC di Amsterdam,” tulis Lodewijk Petram dalam The World’s First Stock Exchange (2011). Banyaknya investor yang berpartisipasi menunjukkan minat yang besar terhadap perusahaan ini dan harapan yang tinggi akan keuntungan yang dihasilkan.

Aksesibilitas Bagi Semua Investor

Ketentuan yang diterapkan VOC dalam IPO-nya juga sangat menarik. Setiap investor bebas menentukan berapa banyak uang yang akan mereka investasikan. Tidak ada batas minimum atau maksimum yang ditetapkan, membuat kesempatan ini terbuka bagi siapa saja, termasuk mereka yang memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda. Dengan kebijakan ini, bukan hanya para bangsawan dan orang kaya yang mendapatkan kesempatan untuk berinvestasi.

Neeltgen Cornelis, seorang asisten rumah tangga, menjadi contoh nyata dari kebijakan aksesibilitas ini. Ketertarikan Neeltgen pembantu menggunakan gaji untuk beli saham di VOC berawal dari majikannya, Dirck van Os, yang kebetulan merupakan Direktur VOC. Saat IPO berlangsung, rumah Dirck van Os dipenuhi oleh para investor yang ingin beramal kepada perusahaan.

Dari Kebingungan ke Keputusan

Di tengah keramaian rumah Dirck van Os, Neeltgen pembantu menggunakan gaji untuk beli saham dan ikut berinvestasi. Namun, ada dilema yang harus dia hadapi. Dia berpikir dengan hati-hati: “Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk berinvestasi?” Sebagai pembantu rumah tangga, gaji Neeltgen kurang dari lima puluh sen dalam sehari. Uang sebanyak itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meskipun begitu, rasa ingin tahunya tentang potensi keuntungan dari investasi ini selalu mengiang dalam benaknya. Dia terus maju-mundur, merenungkan apakah investasi ini akan sepadan layak dilakukan. Hingga akhirnya, menjelang akhir Agustus ketika penawaran perdana saham akan ditutup, langit berpihak pada keinginannya.

“Hehehe, jika aku tidak berinvestasi sekarang, aku akan selalu menyesal,” pikir Neeltgen. Keputusan bulat pun diambil. Dengan tekad yang besar, dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan uang tabungannya.

Melangkah Dengan Keyakinan

Neeltgen Cornelis berani untuk mengambil risiko. Dia memutuskan untuk menyisihkan 100 gulden dari tabungannya yang diperoleh dari kerja kerasnya sebagai pembantu. “Ini adalah kesempatan emas, dan VOC pasti akan sukses!” ujarnya dengan semangat saat dia menyerahkan uang tersebut kepada bosnya.

Dia merasa bangga, meski nilai investasinya jauh lebih kecil dibandingkan para investor lainnya, termasuk para bos VOC yang menaruh uang dalam jumlah besar. “Bisa saja sih, pertama kali jadi pemegang saham, meskipun sedikit,” pikir Neeltgen sambil tersenyum.

Baca Juga: 

Keberuntungan yang Singkat

Keberuntungan yang Singkat

Setelah memasukkan uangnya, nama Neeltgen Cornelis pun tercatat di dalam daftar pemegang saham VOC. ​Sayangnya, meskipun VOC terbukti menjadi satu dari perusahaan perdagangan paling menguntungkan pada abad ke-17, nasib Neeltgen tidaklah seberuntung itu.​

Hanya setahun setelah berinvestasi, dia menjual sahamnya pada bulan Oktober 1603 kepada Jacques de Pourcq. “Memang pada saat itu aku merasa perlu untuk menjualnya,” katanya, menjelaskan alasannya. “Aku tidak bisa menunggu terlalu lama untuk mendapatkan keuntungan. Saya tidak tahu apakah VOC akan bertahan.”

Menurut Petram, jika Neeltgen terus memegang saham tersebut, uang 100 gulden yang dia investasikan bisa berubah menjadi ribuan gulden. “Pelaburan itu merupakan langkah besar, tetapi bisa dikatakan keputusan yang terburu-buru,” tambah Petram.

Makna dari Cerita Neeltgen

Kisah Neeltgen Cornelis memberikan pelajaran berharga tentang investasi. Meskipun berinvestasi di VOC pada masa itu mungkin terlihat tidak akan berhasil, namun rasa percaya dirinya untuk melangkah dengan keyakinan harus diapresiasi. Pihak yang punya uang banyak mungkin tidak berani mengambil risiko sebesar yang telah diambil Neeltgen dalam kondisi yang sama.

Keputusan Neeltgen untuk berinvestasi adalah bentuk keberanian yang patut dicontoh, terutama dalam keadaan yang tidak pasti. Meskipun hasilnya tidak berjalan seperti yang dia harapkan, ia masih menjadi simbol dari inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko di dunia investasi yang baru.

“Tentunya, kita tidak bisa menilai dari satu hasil,” kata Neeltgen ketika mengingat pengalaman itu. “Setiap kesempatan adalah pelajaran. Suatu hari nanti, aku akan berinvestasi lagi!”

Perkembangan VOC Pasca IPO

Setelah IPO-nya, VOC berkembang pesat menjadi perusahaan yang sangat dominan di dunia perdagangan rempah-rempah. Beberapa tahun setelah IPO, VOC tidak hanya menjadi perusahaan terbesar di dunia, tetapi juga berperan dalam perubahan peta politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia menjadi komoditas paling berharga di Eropa, dan VOC menguasai hampir seluruh pasokan rempah-rempah ini. Meskipun Neeltgen Cornelis menjual sahamnya, banyak pemegang saham lainnya menikmati keuntungan besar dari investasi mereka, termasuk pencairan dividen dari hasil penjualan rempah-rempah.

Makna Penting untuk Generasi Mendatang

Cerita Neeltgen Cornelis menjadi pengingat bahwa investasi adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian dan keberanian. Masyarakat modern dapat belajar bahwa tanpa keberanian untuk berinvestasi, hari-hari mendatang dapat dipenuhi oleh penyesalan untuk tidak mengambil kesempatan.

Pengalaman Neeltgen menunjukkan betapa pentingnya untuk terus mengambil langkah berani, bahkan ketika situasi tampak menakutkan atau tidak pasti. “Satu investasi bisa merubah segalanya,” pikir Neeltgen dengan optimisme, merencanakan langkah berikutnya di masa mendatang.

Kesimpulan

Neeltgen Cornelis menjadi simbol keberanian bagi para investor. Meskipun dari kalangan bawah, dia membuktikan bahwa semua orang punya kesempatan untuk berinvestasi. Dengan tindakan berani, ia menunjukkan bahwa setiap investasi memiliki potensi untuk memberikan imbalan, bahkan ketika hasilnya tidak sesuai harapan.

Kisahnya menjadi bagian penting dari sejarah keuangan dan menunjukkan bagaimana inovasi, meskipun di bawah ancaman dan risiko, selalu memiliki peluang untuk berkembang dan menciptakan turnbentuk masa depan yang lebih cerah. Seiring dengan berjalannya waktu, Neeltgen akan dikenang bukan hanya sebagai seorang pembantu rumah tangga tetapi juga sebagai pelopor kecil di dunia investasi.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *