Pemimpin Junta Myanmar Bertemu Putin di Rusia, Bahas Apa Kira-Kira?
Pemimpin Junta Myanmar, Min Aung Hlaing, bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Moskow untuk memperkuat hubungan bilateral.
Pertemuan ini, yang merupakan kunjungan keempat Min Aung Hlaing ke Rusia sejak 2021, membahas berbagai topik termasuk perdagangan, energi nuklir, dan kerja sama militer. Hlaing menyatakan dukungan penuh untuk tindakan Rusia di Ukraina.
Sementara Putin berterima kasih kepada Myanmar atas dukungan dan hadiah berupa enam ekor gajah. Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas kedua negara ini menandatangani perjanjian terkait tenaga nuklir dan eksplorasi ruang angkasa.
Latar Belakang Pertemuan Min Aung Hlaing dan Putin
Sejak kudeta militer pada Februari 2021, Myanmar menghadapi isolasi internasional dan sanksi dari negara-negara Barat. Dalam konteks ini, Rusia menjadi salah satu sekutu utama Myanmar, menyediakan dukungan militer dan diplomatik yang penting.
Pertemuan antara Min Aung Hlaing dan Putin menandai upaya untuk memperdalam hubungan antara kedua negara, yang keduanya menghadapi tekanan internasional. Rusia, seperti Myanmar, menghadapi sanksi Barat atas tindakannya di Ukraina, sehingga memperkuat kepentingan bersama mereka dalam mencari dukungan dan kerja sama.
Topik Utama Pembahasan Dalam Pertemuan
Pertemuan antara Min Aung Hlaing dan Putin mencakup berbagai bidang kerja sama. Salah satu fokus utama adalah sektor energi, dengan penandatanganan perjanjian untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir skala kecil di Myanmar. Selain itu, kedua negara membahas potensi peningkatan perdagangan dan investasi, serta kerja sama dalam infrastruktur transportasi dan pertanian.
Kerja sama militer juga menjadi agenda penting, mengingat Rusia adalah pemasok senjata utama bagi militer Myanmar. Min Aung Hlaing dan Putin juga membahas kerja sama dalam eksplorasi ruang angkasa. Yang menghasilkan penandatanganan nota kesepahaman tentang pemanfaatan ruang angkasa untuk tujuan damai.
Baca Juga:
Dukungan Myanmar Terhadap Rusia Dalam Konflik Ukraina
Selama pertemuan tersebut, Min Aung Hlaing menegaskan kembali dukungan penuh Myanmar terhadap operasi militer Rusia di Ukraina. Ia menyatakan bahwa Myanmar sepenuhnya mendukung Rusia dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas global. Dukungan ini mencerminkan hubungan yang erat antara kedua negara.
Di mana Myanmar menjadi salah satu dari sedikit negara yang secara terbuka mendukung tindakan Rusia di Ukraina. Sebagai imbalan, Rusia terus memberikan dukungan politik dan militer kepada junta Myanmar. Yang menghadapi kecaman internasional atas pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan keras terhadap oposisi.
Implikasi Bagi Myanmar
Pertemuan dengan Putin memberikan pengakuan internasional yang sangat dibutuhkan bagi Min Aung Hlaing, yang menghadapi isolasi diplomatik sejak kudeta 2021. Kunjungan ini juga membuka peluang untuk meningkatkan investasi dan dukungan ekonomi dari Rusia, yang dapat membantu meringankan tekanan ekonomi yang dihadapi Myanmar akibat sanksi Barat.
Selain itu, kesepakatan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dapat membantu mengatasi masalah kekurangan energi di Myanmar dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi lain. Namun, kedekatan dengan Rusia juga dapat memperdalam isolasi Myanmar dari komunitas internasional dan memperburuk hubungan dengan negara-negara Barat.
Kesimpulan
Pemimpin Junta Myanmar bertemu Putin menuai kritik dari berbagai pihak, terutama dari kelompok oposisi di Myanmar dan organisasi hak asasi manusia. Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang merupakan kelompok oposisi utama terhadap junta Myanmar. Mengecam pertemuan tersebut sebagai tindakan dukungan terhadap rezim yang dituduh melakukan genosida.
Beberapa analis berpendapat bahwa pertemuan ini menunjukkan keberpihakan Rusia terhadap rezim yang tidak sah dan brutal, serta mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Simak dan ikuti terus informasi yang lebih menarik tentang berita terlengkap yang akan kami berikan setiap harinya di Berita Viral.