Serangan Siber Iran ke Israel Picu Krisis Baru di Tengah Konflik yang Memanas!
Serangan siber yang dilancarkan Iran terhadap infrastruktur ke Israel telah memicu krisis baru di tengah konflik yang semakin tegang.
Dengan peningkatan serangan siber yang mencolok sebesar 700% terhadap Israel dalam dua hari terakhir. Fenomena ini menjadi perhatian serius, mengingat potensi dampak yang bisa melumpuhkan sektor-sektor vital dan memperburuk ketidakpastian di kawasan Timur Tengah. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran KEPPOO INDONESIA
Eskalasi Serangan Siber yang Mengkhawatirkan
Peningkatan drastis serangan siber terhadap Israel, yang mencapai 700% dalam waktu singkat setelah Israel melancarkan serangannya ke Iran, menunjukkan respons siber yang cepat dan terkoordinasi dari pihak Iran. Firma keamanan siber Radware melaporkan bahwa aktivitas berbahaya ini merupakan operasi pembalasan oleh aktor negara Iran dan kelompok peretas pro-Iran.
Target serangan siber ini meliputi berbagai sektor penting di Israel, termasuk situs web pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, dan infrastruktur kritis lainnya. Jenis serangan yang terdeteksi bervariasi, mencakup serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang bertujuan melumpuhkan layanan online.
Upaya infiltrasi untuk masuk ke dalam sistem, pencurian data sensitif, hingga kampanye penyebaran malware. Ron Meyran, VP Cyber Threat Intelligence di Radware, menekankan bahwa lonjakan serangan siber ini mencerminkan dimensi baru dalam konflik yang tidak lagi terbatas pada ranah fisik.
Dampak Langsung dan Potensi Kerugian
Serangan siber ini memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan yang signifikan, tidak hanya secara operasional tetapi juga psikologis. Meskipun Israel secara historis dikenal memiliki pertahanan siber yang tangguh, skala dan intensitas serangan saat ini menimbulkan kekhawatiran baru. Tujuan utama dari operasi siber ini, menurut para ahli, seringkali bersifat psikologis, bertujuan untuk mengganggu dan menunjukkan kemampuan.
Namun, potensi kerusakan fisik melalui serangan siber tidak dapat diabaikan, seperti yang terjadi pada tahun 2016 ketika Iran meretas bendungan di dekat New York City, yang berpotensi menyebabkan pelepasan air jika tidak ada pemutusan manual. Selain itu, serangan siber juga bisa meluas ke negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, yang merupakan sekutu dekat Israel.
Perusahaan-perusahaan swasta dan operator infrastruktur penting di AS telah diperingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan, karena mereka berisiko menjadi target oportunistik dalam eskalasi siber ini. Serangan semacam itu bisa menyebabkan gangguan besar pada layanan publik, keuangan, dan komunikasi, memperburuk ketidakpastian ekonomi dan politik global yang sudah ada.
Baca Juga: Konflik Israel vs Iran Kian Memanas, Ini Dampak Bagi Perekonomian Indonesia
Sejarah Serangan Siber Lintas Batas
Konflik siber antara Iran dan Israel bukanlah hal baru. Kedua belah pihak telah saling menargetkan infrastruktur siber satu sama lain dalam beberapa tahun terakhir. Pada April 2024, Iran melaporkan telah berhasil menggagalkan serangan siber yang “luas dan kompleks” yang menargetkan infrastruktur negaranya. Insiden ini terjadi sehari setelah ledakan besar di Shahid Rajaei, pelabuhan komersial terbesar Iran.
Salah satu contoh paling menonjol adalah serangan siber Iran pada April 2020 terhadap fasilitas air sipil Israel, yang menurut Israel bertujuan untuk meningkatkan kadar klorin dalam sistem air mereka, berpotensi meracuni warga dan membatasi akses air bersih. Serangan ini disebut oleh Direktur Siber Israel sebagai “titik balik dalam sejarah perang siber modern”.
Di sisi lain, Iran juga menghadapi serangan siber, seperti yang menimpa sistem bahan bakar pada tahun 2021 dan pabrik baja pada Juni 2022, yang diklaim oleh kelompok bernama Predatory Sparrow. Pejabat Iran menuding AS dan Israel berada di balik serangan siber tahun 2021 tersebut.
Kekhawatiran Global dan Gejolak Ekonomi
Eskalasi konflik siber ini menambah daftar panjang kekhawatiran global yang dipicu oleh ketegangan Iran-Israel. Konflik yang meluas ini telah menyebabkan gangguan signifikan di berbagai sektor. Salah satu dampak paling terasa adalah lonjakan harga minyak mentah global, yang melonjak tajam setelah serangan udara Israel dan Iran. Harga minyak Brent sempat naik 7,02% menjadi US$74,23/barel, dan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 7,62% menjadi US$72,98/barel.
Lonjakan ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan di Selat Hormuz, jalur penting yang dilewati sekitar 18-19 juta barel minyak per hari, yang jika terganggu dapat menyebabkan krisis minyak terbesar dalam sejarah. Selain itu, pasar keuangan global juga tertekan, dengan mata uang dan saham ambruk setelah pecahnya perang.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,79%, S&P 500 jatuh 1,13%, dan Nasdaq Composite melemah 1,30%. Pasar Asia-Pasifik dan Eropa juga mengalami penurunan signifikan. Ketidakpastian ini mendorong permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas dan dolar AS, yang menguat secara signifikan.
Ancaman Terhadap Stabilitas Kawasan dan Dunia
Konflik yang terus memanas antara Iran dan Israel, kini diperparah dengan dimensi siber, berpotensi menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam krisis yang lebih luas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan telah menyerukan rakyat Iran untuk bangkit melawan pemimpin ulama Islam mereka.
Iran, di sisi lain, telah bersumpah untuk “membuka gerbang neraka” sebagai balasan atas serangan Israel. Ketegangan ini tidak hanya berisiko pada stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang serius.
Jika konflik berlanjut, akan memicu ketidakpastian di pasar keuangan, lonjakan inflasi global, dan kemungkinan penangguhan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral seperti Federal Reserve AS. Gangguan pada jalur penerbangan juga menjadi dampak langsung, dengan banyak maskapai membatalkan atau mengalihkan rute di Timur Tengah akibat penutupan wilayah udara.
Kesimpulan
Serangan siber Iran ke Israel telah menambahkan lapisan kompleksitas baru pada konflik yang sudah memanas, memicu krisis multidimensional dengan dampak yang terasa di berbagai sektor. Peningkatan tajam dalam serangan siber, yang menargetkan infrastruktur vital, menunjukkan perluasan medan perang ke ranah digital.
Bersamaan dengan dampak militer, konflik ini telah menciptakan gejolak ekonomi global, memengaruhi harga minyak, pasar saham, dan nilai mata uang. Situasi ini menggarisbawahi urgensi mitigasi risiko siber dan resolusi konflik. Karena eskalasi lebih lanjut dapat membawa implikasi yang lebih parah bagi stabilitas regional dan global.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di KEPPOO INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
Gambar Pertama dari inet.detik.com
Gambar Kedua dari www.kompas.id