Siswa SMK Gorontalo Jadi Korban Bullying dan Dipaksa Konsumsi Miras Hingga Masuk RS
Siswa SMK Negeri 1 Gorontalo berinisial ARD (14) yang menjadi korban perundungan oleh teman-temannya sendiri.
Insiden ini tidak hanya mengejutkan masyarakat Gorontalo, tetapi juga memicu kemarahan dan keprihatinan luas di media sosial. ARD dipaksa minum minuman keras (miras) hingga mabuk berat dan harus dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas tuntas tentang berita terbaru yaitu Siswa SMK Gorontalo Jadi Korban Bullying dan Dipaksa Konsumsi Miras Hingga Masuk RS.
Kronologi Kejadian Siswa SMK Gorontalo
Peristiwa ini terjadi pada Selasa, 10 September 2024, sekitar pukul 15.30 WITA di lingkungan sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo, Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Menurut keterangan orang tua korban, Muh Gufron Suratman, ARD dicekoki miras oleh empat temannya yang masing-masing berinisial DGS, FSB, MAS, dan WM. Keempat pelaku memaksa ARD untuk terus minum hingga mabuk berat.
Gufron menceritakan bahwa ia menerima telepon dari seorang siswa yang sering bermain basket di sekolah tersebut. Siswa tersebut memberitahu bahwa ARD tidak sadarkan diri dan terlihat seperti orang yang kehilangan kesadaran. Ketika Gufron tiba di sekolah, ia menemukan anaknya dalam kondisi basah kuyup dan mulut berbusa. ARD segera dibawa ke RSUD Aloei Saboe Kota Gorontalo untuk mendapatkan perawatan medis.
Baca Juga: Pengendara Motor Di Sulsel Terjun Ke Sungai Akibat Putusnya Jembatan Gantung
Reaksi Orang Tua dan Masyarakat
Kejadian ini memicu reaksi keras dari orang tua korban dan masyarakat. Gufron mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak sekolah yang dianggap lalai dalam mengawasi siswa-siswanya. Ia juga melaporkan kejadian ini ke Polsek Kota Utara atas dugaan tindak pidana kejahatan perlindungan anak. Kapolsek Kota Utara, Iptu Fredy Yasin, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dan sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Di media sosial, video kejadian ini menjadi viral dan memicu diskusi luas tentang pentingnya pengawasan di sekolah dan perlindungan terhadap anak-anak. Banyak netizen yang mengecam tindakan para pelaku dan menuntut agar mereka diberikan hukuman yang setimpal. Kejadian ini juga menjadi sorotan media nasional, yang menyoroti masalah perundungan di kalangan pelajar dan dampak buruk dari konsumsi miras.
Dampak Psikologis dan Fisik
ARD mengalami dampak psikologis dan fisik yang serius akibat kejadian ini. Selain harus dirawat di rumah sakit karena keracunan miras, ARD juga mengalami trauma psikologis akibat perundungan yang dialaminya. Menurut keterangan dokter yang merawatnya, ARD mengalami muntah-muntah dan beberapa luka fisik akibat kekerasan yang dilakukan oleh teman-temannya.
Trauma psikologis yang dialami ARD tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada keluarganya. Orang tua ARD merasa sangat terpukul dan khawatir akan kondisi anaknya. Mereka berharap agar kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak-anak di sekolah.
Tindakan Pihak Sekolah & Pemerintah
Pihak sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo telah memanggil orang tua korban dan orang tua siswa yang terlibat dalam kejadian ini untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil. Kepala sekolah menyatakan bahwa pihaknya akan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku dan meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Pemerintah daerah juga turut serta dalam menangani kasus ini. Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap sistem pengawasan di sekolah-sekolah dan memberikan edukasi tentang bahaya miras dan perundungan kepada para siswa. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menangani kasus-kasus perundungan di kalangan pelajar agar tidak terjadi hal yang serupa seperti Siswa SMK Gorontalo ini.
Upaya Pencegahan
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya upaya pencegahan perundungan dan konsumsi miras di kalangan pelajar. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah kejadian serupa antara lain:
- Edukasi dan Sosialisasi: Sekolah perlu memberikan edukasi kepada siswa tentang bahaya perundungan dan konsumsi miras. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui seminar, workshop, dan kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua.
- Pengawasan yang Ketat: Pihak sekolah harus meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah, terutama di area-area yang rawan terjadi perundungan. Guru dan staf sekolah perlu lebih aktif dalam memantau aktivitas siswa dan segera mengambil tindakan jika menemukan indikasi perundungan.
- Kerjasama dengan Pihak Kepolisian: Sekolah perlu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus-kasus perundungan dan kekerasan di kalangan pelajar. Pihak kepolisian dapat memberikan pelatihan kepada guru dan siswa tentang cara mengidentifikasi dan menangani perundungan.
- Dukungan Psikologis: Siswa yang menjadi korban perundungan perlu mendapatkan dukungan psikologis untuk membantu mereka pulih dari trauma. Sekolah dapat menyediakan layanan konseling dan bekerja sama dengan psikolog untuk memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan.
Kesimpulan
Tragedi yang menimpa ARD di SMK Negeri 1 Gorontalo menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak-anak di sekolah. Kejadian ini menunjukkan bahwa perundungan dan konsumsi miras di kalangan pelajar masih menjadi masalah serius yang perlu ditangani dengan serius. Dengan upaya pencegahan yang tepat dan kerjasama antara sekolah, orang tua, dan pemerintah, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang di masa mendatang. Ketahui lebih banyak tentang berita terbaru dan viral yang ada di indonesia hanya dengan klik link berikut ini viralfirstnews.com.