Tragis! 8 Anak Gaza Tewas Saat Ambil Air, Jadi Korban Serangan Rudal Israel
Tragedi memilukan terjadi di Gaza ketika 8 anak tewas saat ambil air akibat serangan rudal Israel yang salah sasaran pada Minggu (13/7/2025).
Insiden ini terjadi saat para korban sedang mengambil air di kamp pengungsi Nuseirat, wilayah yang kini dilanda krisis air parah. Militer Israel mengakui serangan tersebut mengalami malfungsi teknis. Peristiwa ini menambah panjang daftar korban sipil dalam konflik yang terus memburuk di Jalur Gaza sejak perang pecah pada Oktober 2023. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran KEPPOO INDONESIA.
Rudal Salah Sasaran, Anak-Anak Jadi Korban
Menurut keterangan militer Israel, rudal yang diluncurkan pada hari Minggu seharusnya diarahkan ke seorang militan Jihad Islam. Namun karena “kerusakan teknis”, proyektil itu justru mendarat puluhan meter dari target sebenarnya, menghantam pusat distribusi air tempat warga sipil berkumpul.
Dr. Ahmed Abu Saifan dari Rumah Sakit Al-Awda menyatakan bahwa dari 8 korban tewas, enam di antaranya adalah anak-anak. Sedikitnya 17 orang lainnya mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis. “Pemandangannya mengerikan. Wadah air berserakan, tubuh anak-anak tergeletak tak bernyawa. Ini bukan zona militer, ini tempat warga bertahan hidup,” ujar Dr. Saifan dalam wawancara dengan media lokal.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Air Kebutuhan Hidup yang Jadi Maut
Tragedi ini tidak bisa dilepaskan dari krisis air parah yang menimpa Gaza. Selama berminggu-minggu terakhir, blokade dan hancurnya infrastruktur membuat penduduk Gaza menghadapi kekurangan air bersih akut. Fasilitas desalinasi dan pengolahan air tidak dapat beroperasi karena kehabisan bahan bakar, membuat warga harus mengandalkan pusat distribusi air manual.
Pusat distribusi seperti yang ada di kamp Nuseirat kini menjadi satu-satunya harapan warga, termasuk anak-anak, untuk mendapatkan air demi kebutuhan dasar. Ironisnya, tempat tersebut kini justru menjadi lokasi kematian massal akibat salah satu serangan militer paling kontroversial dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Supercar Ferrari Purosangue Terguling Dari Towing di Tol JOR, Intip Spesifikasi Mewahnya
Rentetan Serangan yang Tak Berhenti
Tragedi Nuseirat bukan satu-satunya serangan mematikan dalam 24 jam terakhir. Sebelumnya, sebuah pasar di Kota Gaza menjadi sasaran serangan udara lainnya, yang menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk seorang dokter ternama, Ahmad Qandil. Hingga artikel ini ditulis, militer Israel belum memberikan tanggapan resmi atas insiden pasar tersebut.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa jumlah korban tewas sejak pecahnya perang pada Oktober 2023 kini telah melampaui 58.000 jiwa, dengan lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak. Dalam sehari terakhir saja, 139 nyawa melayang akibat rentetan serangan.
Harapan Gencatan Senjata Semakin Tipis
Di tengah gelombang duka, harapan untuk gencatan senjata kembali mencuat, meskipun tipis. Utusan Timur Tengah Presiden AS, Steve Witkoff, menyampaikan bahwa dirinya berharap negosiasi gencatan senjata yang berlangsung di Doha, Qatar, bisa menghasilkan kesepakatan. Ia dijadwalkan bertemu dengan pejabat tinggi Qatar di sela-sela final Piala Dunia Antarklub FIFA.
Namun, optimisme Witkoff tidak dibarengi dengan kemajuan nyata. Perundingan antara Israel dan Hamas mengalami kebuntuan, terutama terkait syarat penarikan pasukan dan jaminan keamanan kedua pihak. Alih-alih mencapai titik temu, kedua belah pihak kini saling menuding sebagai pihak yang menghambat perdamaian.
Tragedi Kemanusiaan yang Terus Berulang
Kematian 8 anak Gaza saat mengambil air hanyalah satu dari ratusan kisah pilu dalam konflik berkepanjangan ini. Di mata dunia, serangan rudal salah sasaran ini menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan sipil di zona perang yang kerap luput dari sorotan utama. Tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza—bahkan pusat distribusi air sekalipun.
Warga Palestina terus berjuang mempertahankan hidup di bawah bayang-bayang kelaparan, kekurangan air, dan ancaman kematian dari langit. Meski komunitas internasional sering menyerukan de-eskalasi dan perlindungan terhadap warga sipil, kenyataannya tragedi seperti ini terus terulang tanpa kejelasan penyelesaian.
Kesimpulan
Tragedi di kamp Nuseirat mencerminkan kondisi ekstrem yang kini dihadapi penduduk Gaza. Ketika kebutuhan dasar seperti air pun harus diperjuangkan di tengah risiko serangan udara, dunia harus bertanya sampai kapan anak-anak harus menjadi korban dari konflik politik dan militer?
Pujian atas gencatan senjata hanya akan berarti bila diikuti dengan tindakan nyata. Dan hingga itu terjadi, luka Gaza akan terus menganga, ditorehkan bukan hanya oleh rudal, tapi juga oleh diamnya dunia. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang 8 anak Gaza tewas saat ambil air hanya di KEPPOO INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.liputan6.com
- Gambar Kedua dari www.esensi.tv