Trump Perketat Kebijakan, Ratusan Ribu Visa Pelajar China di AS Terancam Dicabut!
Pemerintahan Trump mengumumkan rencana agresif untuk mencabut visa ratusan ribu pelajar China yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat.
Khususnya mereka yang terhubung dengan Partai Komunis China atau belajar di bidang strategis. Kebijakan ini memicu ketidakpastian dan kekhawatiran besar di kalangan mahasiswa internasional, serta memperburuk hubungan diplomatik AS-China.
Langkah ini juga berdampak pada universitas AS yang mengandalkan mahasiswa China sebagai sumber pendapatan penting dalam pendidikan tinggi. Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas mengenai Trump mencabut visa pelajar China.
Latar Belakang Ketegangan AS-China
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa kebijakan ini ditujukan untuk mencegah individu yang berpotensi mengancam keamanan nasional AS. “Kami akan bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mencabut visa mahasiswa China yang berisiko, dan memperketat pengawasan terhadap aplikasi visa dari Republik Rakyat China dan Hong Kong,” ujar Rubio.
Pemeriksaan aplikasi visa tidak hanya akan diperketat berdasarkan latar belakang akademis, tetapi juga dengan memperluas pemeriksaan media sosial para pemohon visa. Ketegangan antara AS dan China yang meningkat akibat perang dagang dan retorika politik turut memicu keputusan ini.
Hubungan dua negara ini memburuk dalam beberapa bulan terakhir, memberikan konteks pada kebijakan visa yang semakin ketat. Sebanyak 280 ribu pelajar China tercatat belajar di AS pada 2024, menjadikan mereka kelompok mahasiswa internasional terbesar sebelum pandemi dan ketegangan diplomatik menurunkan jumlah tersebut.
Selain itu, kebijakan ini diterapkan di tengah tekanan yang lebih luas yang diarahkan kepada sejumlah universitas Amerika, khususnya kampus elit seperti Harvard yang dituduh terlalu liberal dan dinilai gagal mengatasi isu anti-Semitisme. Harvard sendiri tengah melawan kebijakan ini melalui jalur hukum, dengan seorang hakim federal sempat memblokir sementara upaya pemerintah mencabut sertifikasi penerimaan mahasiswa internasional di universitas tersebut.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Dampak Kebijakan Mahasiswa Internasional
Kebijakan ini berdampak serius pada ribuan mahasiswa yang menghadapi ketidakpastian visa, rencana studi terhenti, dan ancaman deportasi. Seorang mahasiswa magister berusia 22 tahun asal Shanghai menyatakan penyesalannya dan ketakutannya akan pencabutan visa, “Saya sudah menyesal belajar di AS,” katanya seraya menyembunyikan identitas karena khawatir visanya akan dicabut.
Direktur Kantor Internasional Harvard, Maureen Martin, menyampaikan bahwa pencabutan visa menimbulkan tekanan emosional berat bagi mahasiswa dan staf akademik. Banyak mahasiswa mencari perguruan tinggi baru atau takut dipulangkan akibat konflik atau tekanan politik.
Baca Juga: Pebasket Asal AS Jarred Dwayne Shaw Diringkus Polisi Terkait Permen Ganja
Reaksi Pemerintah China dan Respon Global
Pemerintah China menanggapi kebijakan ini dengan desakan agar AS melindungi hak dan kepentingan sah para mahasiswa internasional dari China. Juru bicara pemerintah China menegaskan, “Kami mendesak pemerintah AS untuk melindungi hak dan kepentingan sah para mahasiswa internasional, termasuk dari China”.
Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan komentar langsung terhadap pengumuman tersebut, sementara kampus-kampus di AS yang memiliki banyak mahasiswa internasional seperti Universitas Northeastern sudah menyiapkan “rencana darurat” bagi mahasiswa yang mengalami penundaan visa.
Langkah Pemerintahan Trump
Keputusan mencabut visa mahasiswa China merupakan lanjutan dari upaya pemerintahan. Trump yang menerapkan kebijakan imigrasi tegas dan membatasi akses pendidikan bagi mahasiswa asing tertentu. Departemen Luar Negeri AS sedang merevisi kriteria visa untuk memperketat seleksi semua aplikasi dari China dan Hong Kong. Selain itu, pengawasan diperluas dengan meminta pemohon visa untuk menyerahkan akses ke akun media sosial mereka, sebagai bagian dari pemeriksaan yang lebih ketat.
Pengumuman ini menyusul penangguhan sementara penjadwalan wawancara visa belajar bagi mahasiswa internasional secara global yang diumumkan oleh Departemen Luar Negeri AS. Kebijakan ini turut menyebabkan kekhawatiran mengenai masa depan pendidikan tinggi di AS. Yang selama ini merupakan tujuan favorit banyak mahasiswa China untuk menghindari sistem universitas domestik yang sangat kompetitif.
Kontroversi dan Dampak Ekonomi
Langkah ini memicu kontroversi karena mahasiswa internasional, terutama dari China. Merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi universitas-universitas AS melalui pembayaran biaya kuliah penuh. Sekitar 1,1 juta mahasiswa internasional tercatat belajar di AS pada 2024, memberikan kontribusi finansial yang penting bagi lembaga pendidikan tinggi.
Namun, kebijakan ini dianggap mengancam posisi AS sebagai pusat pertukaran intelektual dan budaya global. Jonathan Friedman dari PEN America mengungkapkan kekhawatirannya, “Pemeriksaan tambahan akan menghalangi para mahasiswa untuk datang ke AS… Kebijakan ini berisiko menggulingkan posisi AS yang sudah lama sebagai pusat pertukaran intelektual dan budaya dunia”.
CEO NAFSA, Fanta Aw, menambah, “Para siswa dan cendekiawan internasional adalah aset luar biasa yang berkontribusi pada keunggulan AS dalam inovasi, penelitian, dan kekuatan ekonomi. Melemahkan kemampuan mereka belajar di sini adalah tindakan yang merugikan diri sendiri”.
Pendukung Kebijakan dan Argumentasi Keamanan Nasional
Pendukung kebijakan ini, khususnya dari kalangan Partai Republik, berargumen bahwa hubungan. Akademis antara universitas AS dan China merupakan ancaman nyata terhadap keamanan nasional. Mereka menilai banyak kampus AS yang terlalu terlibat dalam kolaborasi dengan institusi China. Yang bisa berpotensi membocorkan teknologi dan informasi sensitif. Tuduhan tersebut antara lain diarahkan kepada Harvard yang dianggap berkoordinasi dengan Partai Komunis China, termasuk di dalamnya pelatihan anggota kelompok paramiliter Xinjiang.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio menegaskan langkah ini sebagai bagian dari agenda imigrasi garis keras pemerintahan. Trump yang melanjutkan upaya meningkatkan deportasi dan pencabutan visa mahasiswa. Ia mengatakan, “Departemen Luar Negeri AS akan bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk secara agresif mencabut visa mahasiswa Tiongkok”.
Kesimpulan
Kebijakan pemerintahan Trump untuk mencabut visa ratusan ribu pelajar China di Amerika Serikat mencerminkan ketegangan geopolitik dan isu keamanan nasional yang mempengaruhi kebijakan imigrasi serta pendidikan tinggi. Langkah ini membawa dampak langsung pada mahasiswa, universitas, dan hubungan akademik antara AS dan China.
Meskipun dimaksudkan untuk melindungi keamanan nasional, kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya posisi. AS sebagai pusat global pendidikan dan inovasi, serta potensi kerugian ekonomi dan sosial yang cukup besar. Sebagai respons, berbagai pihak mulai mengambil langkah hukum dan diplomatik untuk mempertahankan hak mahasiswa dan keberlangsungan hubungan pendidikan internasional.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca informasi Trump mencabut visa pelajar China, semoga informasi yang diberikan bermanfaat. Jangan ragu datang kembali untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi viral yang ada di KEPPOO INDONESIA.
Sumber informasi gambar:
- Gambar Pertama Dari Sindonews.com
- Gambar Kedua Dari Merdeka.com