Trump-Zelensky Bertemu Lagi Usai Pemakaman Paus, Bahas Perang!
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali bertemu lagi usai pemakaman Paus untuk membahas perang yang terus berlangsung di Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya fokus pada strategi untuk memperkuat aliansi internasional dan memastikan dukungan lebih lanjut bagi Ukraina.
Mereka juga membahas langkah-langkah untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia, serta mengkoordinasikan bantuan militer dan diplomatik untuk menghadapi krisis yang semakin intens.
Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas mengenai Trump-Zelensky bertemu lagi usai pemakaman Paus Fransiskus.
Pertemuan Simbolis di Tengah Suasana Pemakaman Paus Fransiskus
Suasana di St. Peter’s Basilica pada hari Sabtu tersebut dipenuhi oleh para pemimpin dunia yang datang memberi penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus, seorang tokoh yang dikenal vokal mendukung perdamaian dan keadilan sosial.
Di tengah keramaian itu, Trump dan Zelensky duduk berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, tanpa didampingi oleh staf masing-masing, dalam sebuah diskusi yang berlangsung sekitar 15 menit. Pertemuan yang “tidak dijadwalkan” ini berlangsung di luar Kapel Baptis di dalam Basilika, sebuah lokasi tertutup yang menghadirkan suasana intim dan serius.
Dalam keterangan di media sosial, Zelensky menyebut pertemuan itu sebagai “sangat simbolis dan berpotensi menjadi bersejarah,” sambil berharap hasil dari pembicaraan tersebut dapat “melindungi nyawa rakyat kami, mencapai gencatan senjata penuh dan tanpa syarat, serta damai yang andal dan tahan lama yang akan mencegah terulangnya perang.”
Ia juga mengucapkan terima kasih langsung kepada Trump, menegaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan langkah penting menuju upaya perdamaian.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Permainan Diplomasi di Balik Pertemuan Singkat
Meski hanya selama 15 menit, suasana pembicaraan tampak serius dan produktif. Seorang juru bicara Gedung Putih menegaskan bahwa diskusi antara Trump dan Zelensky “sangat produktif” dan kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut.
Foto-foto yang dirilis oleh Istana Kepresidenan Ukraina memperlihatkan dua pemimpin itu duduk dengan posisi yang sangat dekat. Menunjukkan ada keinginan kuat untuk mengatasi perbedaan dan mencari solusi bersama.
Pertemuan ini juga terjadi di saat hubungan kedua negara sedang diuji oleh dinamika yang kompleks di medan diplomasi. Pada pertemuan Februari lalu, Trump dan pejabat AS lainnya sempat mengkritik Zelensky secara terbuka karena dianggap kurang berterima kasih atas dukungan Amerika, bahkan sempat menghentikan pengiriman senjata dan berbagi intelijen.
Namun kini, situasi berubah seiring dengan dorongan kuat dari pemerintahan. Trump untuk menemukan kesepakatan perdamaian yang dapat menghentikan perang yang telah menewaskan ratusan ribu orang.
“Pertemuan ini sangat simbolis karena berlangsung di Vatikan, di tengah kematian Paus Fransiskus yang selalu menyerukan perdamaian dan keadilan,” ungkap seorang pejabat di sekitar Donald Trump.
Baca Juga: Elon Musk Umumkan Mundur dari Pemerintah Trump, Ini Alasannya
Trump Menantang Kemauan Putin
Usai pertemuan, Trump mengungkapkan keraguannya mengenai kemauan Rusia untuk menghentikan agresi militer terhadap Ukraina. Dalam sebuah unggahan di platform media sosial Truth Social, Trump menulis, “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil seperti kota dan desa dalam beberapa hari terakhir.”
Ia menambahkan, “Ini membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang. Dia hanya mempermainkan saya, dan harus ditangani dengan cara berbeda, melalui ‘sanksi perbankan’ atau ‘sanksi sekunder’.” Pernyataan tegas ini muncul di saat Rusia melakukan gelombang serangan rudal. Besar-besaran yang menewaskan sejumlah warga sipil dan melukai puluhan lainnya.
Dalam konteks tersebut, Trump mengisyaratkan akan memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia. Yang bisa menjadi tekanan tambahan untuk memaksa Moskow membuka peluang dialog damai. Hal ini sekaligus menunjukkan sikap yang lebih tegas dari Trump terhadap Presiden Vladimir Putin. Berbeda dari sikap sebelumnya yang cenderung mencoba memuluskan jalan kepada Rusia.
Kerangka Damai dan Tantangan Besar
Sementara itu, pembicaraan damai yang tengah berlangsung masih menghadapi berbagai kendala yang berat. Zelensky sebelumnya menegaskan bahwa Ukraina hanya siap berdialog “setelah ada sinyal nyata bahwa Rusia siap mengakhiri perang, yakni gencatan senjata penuh dan tanpa syarat.” Negosiasi langsung antara Kyiv dan Moskow sendiri belum juga terjadi sejak invasi Rusia kembali dimulai penuh pada Februari 2022.
Sebuah proposal bertajuk “Ukraine Deal Framework” yang dirumuskan antara pejabat Ukraina dan Eropa menawarkan. Gencatan senjata penuh serta jaminan keamanan yang kuat dari Amerika Serikat dan sekutu lainnya. Namun, proposal ini belum mendapat persetujuan Rusia. Dan salah satu poin yang sangat rumit adalah status wilayah Crimea yang dianeksasi Rusia sejak 2014. Ukraina menegaskan bahwa pengakuan kedaulatan Rusia atas Crimea adalah “garis merah” yang tidak bisa dinegosiasikan.
Trump sendiri dikabarkan telah memberikan tawaran yang cukup kontroversial. Termasuk kemungkinan pengakuan AS atas Crimea sebagai bagian dari wilayah Rusia, yang menuai reaksi keras dari Kyiv dan para sekutunya. Meski demikian, Trump terus mendorong agar pembicaraan damai segera diselesaikan. Bahkan menyatakan bahwa Rusia dan Ukraina “sangat dekat dengan kesepakatan” yang akhirnya bisa “diselesaikan di tingkat tinggi”.
Reaksi Dunia dan Perspektif Para Pemimpin
Pertemuan ini tidak hanya menarik perhatian sejumlah besar media dan publik. Tetapi juga menciptakan momentum diplomatik baru di tengah krisis perang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Para pemimpin Eropa yang hadir di Vatikan, seperti Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, terlihat memberikan dukungan kuat kepada Zelensky dan mendorong upaya perdamaian.
Meloni bahkan menyebut momen pertemuan Trump dan Zelensky di Vatikan sebagai “hari bersejarah” dan punya “makna besar,” menggarisbawahi simbolisme pertemuan dua pemimpin yang sebelumnya bermusuhan namun kini berusaha berkolaborasi demi menghentikan konflik.
Presiden Zelensky juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin Eropa lainnya saat berada di Roma. Memperlihatkan bahwa Ukraina cukup didukung secara politis oleh negara-negara barat walau menghadapi tekanan diplomatik terkait isi tawaran damai yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Kesimpulan
Pertemuan Trump dan Zelensky di Vatikan mengandung banyak tanda tanya sekaligus harapan. Meski terjadi dalam waktu singkat dan di tengah acara yang sangat formal, pertemuan tersebut membuka peluang bagi kelanjutan dialog yang selama ini terhenti. Keduanya tampak bertekad untuk terus mencari jalan keluar damai, meski tantangan yang mereka hadapi sangat besar.
Penampilan Trump dengan sikap kritis terhadap Putin sekaligus memberikan dukungan kepada. Zelensky menandakan perubahan dinamika dalam hubungan bilateral dan diplomasi global. Momen ini juga mengingatkan dunia akan pentingnya perdamaian dan kerjasama lintas negara untuk mengakhiri perang yang telah merenggut begitu banyak kehidupan.
Paus Fransiskus yang selama hidupnya menyerukan “keberanian membuka pintu dialog” tampaknya memberikan inspirasi nyata dalam pertemuan ini. Jika pertemuan yang “berpotensi jadi bersejarah” ini membuahkan hasil, maka ini bisa menjadi awal baru bagi resolusi konflik yang selama ini dinanti-nantikan oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang informasi-informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar pertama dari kompas.com
- Gambar kedua dari tribunnews.com