Viral! Siswi Ini Tak Mau Pulang Dari Barak Militer, Kisahnya Mengharukan
Dalam beberapa hari terakhir, sebuah video viral memperlihatkan seorang siswi yang menangis haru saat harus meninggalkan barak militer.
Ia adalah Naila, peserta program pendidikan militer yang diselenggarakan oleh pemerintah Jawa Barat. Bukan tanpa alasan, barak yang seharusnya hanya menjadi tempat pelatihan itu justru menjadi tempat penuh arti bagi Naila.
Keakraban, kedisiplinan, dan sosok-sosok yang hangat membuatnya sulit untuk berpisah. Berikut kisah lengkapnya yang menyentuh hati. Di bawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas kisah mengharukan seorang siswi yang viral karena tak mau pulang dari barak militer.
Barak Militer yang Menjadi Rumah Kedua
Bagi sebagian orang, mengikuti pendidikan militer bisa menjadi pengalaman penuh tantangan fisik dan mental. Namun, tidak demikian bagi Naila. Gadis ini justru merasa sangat nyaman dan bahagia selama menjalani program tersebut.
Barak militer, yang seharusnya hanya menjadi tempat tinggal sementara selama masa pelatihan, telah menjelma menjadi rumah kedua yang sarat akan kehangatan, kedekatan, dan rasa memiliki. Menurut pengakuannya, di barak ia menemukan sosok orang tua yang selama ini ia rindukan, terutama figur ayah.
Hal inilah yang membuatnya merasa sangat berat untuk kembali ke rumah setelah program selesai. “Siap saya betah, karena di sini saya mendapatkan banyak teman ditambah bisa jadi diri sendiri,” ujarnya dalam sebuah video yang diunggah akun resmi Kodam Siliwangi pada Rabu 2 Juli 2025.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Ikatan Emosional Dengan Para Pelatih
Dalam rekaman tersebut, Naila tampak berkali-kali mengusap air matanya saat berbicara dengan seorang perwira wanita yang akrab disapa Wadan (Wakil Komandan). Sosok Wadan ini rupanya sangat berperan penting dalam hidup Naila selama di barak.
Baginya, Wadan tidak hanya sebatas pelatih atau perwira pengawas, tetapi telah menjadi sosok ayah yang penuh kasih sayang dan perhatian. “Wadan tuh baik, dan menjadi sosok ayah bagi Naila. Kayak sudah dianggap rumah sama pelatih-pelatihnya, sudah dianggap kayak orang tua juga,” ungkap Naila penuh haru.
Bukan hanya kepada Wadan, Naila juga merasakan kehangatan dan kekeluargaan dari para pelatih lainnya. Lingkungan barak yang penuh disiplin ternyata mampu menciptakan hubungan yang erat antara peserta dan pelatih, bahkan melebihi ekspektasi banyak orang.
Baca Juga:
Semangat Latihan yang Tak Padam
Meski suasana penuh emosi menyelimuti hari-hari terakhirnya di barak, Naila tetap menunjukkan semangat tinggi dalam mengikuti setiap kegiatan. Ia mengakui bahwa kadang merasa malas atau mengantuk, namun hal itu tak membuatnya kehilangan antusiasme. Kegiatan Pelatihan Baris Berbaris (PBB) menjadi salah satu sesi yang paling ia sukai selama berada di sana.
Selain itu, Naila juga merasa sangat bangga saat menjadi bagian dari “depil” atau detasemen pasukan inti pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Pengalaman itu menjadi momen tak terlupakan dalam hidupnya, mengingat sejak lama ia telah bermimpi menjadi bagian dari paskibra, meskipun sekolahnya tidak menyediakan ekstrakurikuler tersebut.
“Karena mau dari dulu, karena mau jadi paskibra. Di sekolah nggak ada ekskulnya,” ujar Naila dengan nada penuh semangat namun sedikit kecewa.
Air Mata Perpisahan yang Tak Terbendung
Pada momen perpisahan, suasana di barak benar-benar emosional. Naila, yang biasanya tampak ceria dan aktif, kali ini tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Ia bahkan sempat ingin menyampaikan pesan pribadi kepada Wadan, tetapi gejolak perasaannya membuat ia terdiam dalam tangis.
“Saya sedih. Yang bikin saya sedih kenapa? Pulang dari sini. Nggak mau pulang,” ucapnya dengan suara bergetar.
Pernyataan tersebut menunjukkan betapa dalamnya ikatan emosional yang telah terbangun selama ia berada di lingkungan militer tersebut. Bagi Naila, barak bukan hanya tempat pelatihan, melainkan tempat di mana ia merasa dihargai, dilindungi, dan dicintai seperti keluarga sendiri.
Kesimpulan
Kisah Naila bukan sekadar cerita seorang siswi yang enggan pulang dari barak militer. Lebih dari itu, ini adalah potret tentang bagaimana kedekatan, kasih sayang, dan perhatian dari orang-orang di sekitar dapat menciptakan rasa memiliki yang begitu kuat.
Program pendidikan militer yang awalnya mungkin dianggap kaku dan berat, ternyata mampu menyentuh sisi emosional dan kemanusiaan yang mendalam. Naila telah membuktikan bahwa lingkungan yang penuh disiplin juga bisa menjadi tempat tumbuh dan menemukan jati diri, bahkan menjadi rumah kedua yang penuh makna.
Cerita harunya menjadi pengingat bahwa setiap anak butuh tempat untuk merasa aman, diterima, dan disayangi bahkan jika itu ditemukannya di tempat yang tak terduga sebuah barak militer. Simak dan ikuti terus KEPPOO INDONESIA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari Yt @bang.Ariiii
- Gambar Kedua dari tintahijau