|

Waspada Fenomena Otak Membusuk Efek Aktivitas Ini, Gen Z Terbanyak?

bagikan

Fenomena Otak Membusuk atau Brain Rot menjadi perhatian serius di era digital ini, terutama di kalangan Generasi Z.

Waspada Fenomena Otak Membusuk Efek Aktivitas Ini, Gen Z Terbanyak?

Di tengah hiruk pikuk perkembangan teknologi yang kian pesat, istilah ini, meskipun bukan merupakan diagnosis medis formal, menjadi perbincangan hangat sebagai metafora untuk menggambarkan penurunan kapasitas mental yang diakibatkan oleh konsumsi konten digital secara berlebihan. Apakah Brain Rot benar-benar menjadi ancaman nyata bagi generasi muda yang tumbuh di era digital ini? Mari kita telaah lebih dalam mengenai fenomena ini, dampaknya, dan cara menghadapinya.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Apa Itu Brain Rot?

Brain Rot, secara informal, merujuk pada penurunan kemampuan kognitif, memori, dan fokus akibat paparan konten digital yang berlebihan dan kurang berkualitas. Konten-konten ini seringkali bersifat dangkal, repetitif, dan tidak menantang secara intelektual. Bayangkan ribuan video pendek di TikTok, meme yang bertebaran di Instagram, atau tayangan YouTube yang tak ada habisnya.

Semua ini, jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan otak menjadi “tumpul” dan kurang responsif terhadap informasi yang lebih kompleks dan bermakna. Meski bukan merupakan kondisi medis yang diakui secara resmi, Brain Rot atau fenomena otak membusuk menjadi representasi simbolis dari dampak negatif gaya hidup modern yang sangat bergantung pada teknologi.

Istilah ini mencerminkan kekhawatiran akan potensi kemunduran kognitif yang mungkin dialami oleh individu yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar dan terpapar konten digital yang kurang berkualitas.

Gen Z Paling Banyak Mengakses Internet

Massoud percaya bahwa meskipun media sosial menawarkan banyak manfaat, media sosial juga menimbulkan tantangan serius terhadap hubungan antara fakta dan kepercayaan, dua elemen mendasar dari demokrasi yang efektif.

“Penyebaran misinformasi dan terbentuknya ruang gema makin memperkuat posisi komunitas yang berseberangan saat berinteraksi di media sosial. Alhasil, media sosial pun menjadi media yang subur bagi kebencian dan ekstremisme,” imbuhnya.

Menurutnya, rata-rata anak muda di Amerika Serikat menghabiskan lebih dari 5 jam di depan layar dan mendapat 237 notifikasi, satu notifikasi setiap empat menit.

Sementara itu, mengutip Berlin Situmorang dari greennetwork.id, salah satu daya tarik utama platform tersebut adalah kontennya berupa video pendek yang cepat dan menghibur. Konten semacam ini kerap membuat pengguna tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam.

Menurut survei We Are Social 2024, orang Indonesia menghabiskan rata-rata 7 jam 38 menit online setiap hari, dengan 58,9% di antaranya menggunakan internet sebagai cara mengisi waktu luang. Pola ini menunjukkan bahwa akses terhadap informasi dan hiburan digital telah menjadi aktivitas utama dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2023, Gen Z akan tercatat sebagai kelompok dengan akses internet terbanyak. Pada saat yang sama, mereka cenderung memiliki kebiasaan doomscrolling, yaitu proses menelusuri konten tanpa henti dan menjadi rutinitas yang sulit dihentikan.

Kebiasaan ini semakin mengikat mereka pada aliran informasi dan hiburan digital yang terus meningkat.

Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

shotsgoal apk  

Akar Masalah Brain Rot

Senior Research Fellow dari Toronto Metropolitan University, Masoud Kianpour, menjelaskan bahwa adiksi digital (digital drugs) dapat muncul dari berbagai aktivitas, mulai dari belanja digital, bermain game, judi online, hingga konsumsi pornografi. Adiksi ini, terutama setelah kebijakan social distancing selama pandemi COVID-19, telah menjadi permasalahan serius.

Adiksi digital, atau kecanduan teknologi, didefinisikan sebagai penggunaan internet atau perangkat digital secara berlebihan dan kompulsif. Yang menyebabkan konsekuensi negatif dalam berbagai aspek kehidupan individu. Gejala adiksi digital meliputi:

  • Kehilangan kendali atas penggunaan internet atau perangkat digital.
  • Mengalami gejala penarikan (withdrawal) saat tidak menggunakan internet atau perangkat digital.
  • Mengabaikan tanggung jawab dan aktivitas penting lainnya.
  • Mengalami masalah kesehatan fisik dan mental.
  • Merusak hubungan sosial dengan orang lain.

Baca Juga: 13 Makanan Tinggi Kolagen Untuk Kulit Glowing dan Tubuh Sehat

Dampak Negatif Brain Rot

Dampak Negatif Brain Rot 

Dampak Brain Rot atau fenomena otak membusuk tidak hanya terbatas pada penurunan kemampuan fokus dan konsentrasi. Konsumsi konten digital secara berlebihan juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental, di antaranya:

  • Gangguan Tidur: Paparan cahaya biru dari layar perangkat digital dapat mengganggu produksi hormon melatonin, yang mengatur siklus tidur.
  • Masalah Kesehatan Mata: Terlalu lama menatap layar dapat menyebabkan mata lelah, kering, dan tegang.
  • Gangguan Postur Tubuh: Duduk terlalu lama dengan posisi yang tidak ergonomis dapat menyebabkan sakit punggung, leher, dan bahu.
  • Kecemasan dan Depresi: Perbandingan sosial di media sosial, cyberbullying, dan FOMO (fear of missing out) dapat memicu kecemasan dan depresi.

Penurunan Kemampuan Sosial: Terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya dapat mengurangi interaksi sosial di dunia nyata, yang dapat menyebabkan isolasi dan kesepian.

Media Sosial

Kelahiran media sosial di awal abad ini disambut antusias karena memiliki potensi untuk memberdayakan individu, memfasilitasi proses bercerita, dan menghubungkan komunitas. Namun, media sosial juga memiliki sisi gelap yang perlu diwaspadai.

“Kelahiran media sosial di awal abad ini disambut antusias karena memiliki potensi untuk memberdayakan individu, memfasilitasi proses bercerita, dan menghubungkan komunitas,” ujarnya dikutip dari The Conversation, Sabtu (29/3/2025).

Media sosial dapat menjadi sumber informasi, hiburan, dan koneksi sosial yang berharga. Namun, jika digunakan secara berlebihan dan tanpa kendali, media sosial juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental dan sosial.

Mengatasi Brain Rot

Meskipun Brain Rot merupakan ancaman yang nyata, ada berbagai cara untuk mengatasinya dan menjaga kesehatan mental di era digital. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Batasi Waktu Layar: Tetapkan batasan waktu yang jelas untuk penggunaan perangkat digital setiap hari.
  • Pilih Konten yang Berkualitas: Selektiflah dalam memilih konten yang dikonsumsi. Pilihlah konten yang informatif, edukatif, dan menginspirasi.
  • Istirahat Secara Teratur: Beri jeda pada mata dan otak dengan beristirahat secara teratur dari layar setiap 20-30 menit.
  • Lakukan Aktivitas Fisik: Berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi stres.
  • Jalin Hubungan Sosial di Dunia Nyata: Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga di dunia nyata.
  • Kembangkan Hobi Offline: Temukan aktivitas yang menyenangkan dan tidak melibatkan layar, seperti membaca, melukis, atau bermain musik.

Konsultasi dengan Profesional: Jika merasa kesulitan mengatasi adiksi digital atau mengalami masalah kesehatan mental yang serius. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Kesimpulan

Di era digital yang serba cepat dan penuh godaan ini, menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata adalah kunci untuk hidup sehat dan bahagia. Dengan kesadaran, kontrol diri, dan strategi yang tepat.

Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif tanpa mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan kita. Brain Rot atau yang biasa disebut fenomena otak membusuk memang merupakan ancaman yang perlu diwaspadai, tetapi bukan berarti kita harus menjauhi teknologi sepenuhnya.

Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Agar tidak menjadi korban dari pembusukan otak di era digital ini. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi update terbaru tentang makanan tinggi kolagen untuk kulit glowing lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.


Sumber Informasi Gambar:

1. Gambar Pertama dari Merdeka.com
2. Gambar Kedua dari CNBC Indonesia

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *