Serangan Israel ke Gaza Meluas PBB Siaga Warga Sipil Terancam Nyawa
Serangan Israel ke Gaza Meluas dan memicu kekhawatiran global, terutama dari PBB yang menyoroti risiko besar terhadap warga sipil.
Keputusan ini menuai keprihatinan dunia internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Yang memperingatkan kemungkinan meningkatnya korban sipil dan kehancuran lebih lanjut di kawasan yang sudah porak-poranda. Situasi di Gaza kini memasuki fase kritis, dengan jutaan warga terancam kelaparan, pengungsian, hingga kehilangan tempat tinggal. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran KEPPOO INDONESIA.
Serangan Akan Picu Krisis Kemanusiaan yang Lebih Parah
Juru Bicara PBB, Farhan Haq, menyampaikan kekhawatiran mendalam dari Sekretaris Jenderal Antonio Guterres terhadap rencana Israel tersebut. Menurut Haq, Guterres menilai serangan lanjutan hanya akan membawa lebih banyak kematian warga sipil dan mempercepat kehancuran Gaza secara menyeluruh.
“Sekjen PBB sangat prihatin bahwa eskalasi ini hanya akan memperburuk penderitaan penduduk Gaza yang sudah menghadapi kondisi mengerikan,” ujar Haq dalam pernyataannya. Ia juga menekankan bahwa Gaza harus tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan, bukan wilayah yang dilenyapkan oleh serangan demi serangan.
Sementara itu, laporan dari badan-badan kemanusiaan PBB menyebut bahwa lebih dari 1 juta warga Gaza kini dalam kondisi rawan pangan ekstrem akibat blokade total bantuan kemanusiaan selama lebih dari dua bulan.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Pemindahan Massal Warga Gaza
Salah satu poin paling kontroversial dari rencana militer Israel adalah upaya “pemindahan sebagian besar penduduk Gaza” atas nama perlindungan warga sipil. Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, menyatakan bahwa langkah ini diambil demi keselamatan warga Palestina, namun mendapat penolakan keras dari berbagai pihak.
Pemindahan paksa ini mengingatkan warga Palestina pada peristiwa kelam Nakba tahun 1948. Ketika ratusan ribu warga Arab Palestina diusir dari rumah mereka saat pembentukan negara Israel. Bagi banyak keluarga Palestina, wacana pemindahan ini bukan sekadar strategi militer.
Tetapi dianggap sebagai kelanjutan dari pembersihan etnis yang belum pernah benar-benar berhenti. Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga mengingatkan bahwa pemindahan massal dalam situasi konflik dapat melanggar hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa.
Baca Juga: YouTuber Dilaporkan ke Polisi Usai Menyebut Nabi Muhammad Tokoh Fiktif
Uni Eropa Minta Israel Tahan Diri
Meningkatnya kekhawatiran tidak hanya datang dari PBB dan Uni Eropa dalam pernyataan resminya mendesak Israel untuk menghentikan rencana perluasan serangan ke Gaza. Mereka menyatakan bahwa langkah tersebut hanya akan menghasilkan lebih banyak penderitaan dan korban di kalangan warga sipil.
“Operasi militer skala besar di wilayah padat penduduk seperti Gaza berisiko sangat tinggi dan berpotensi menyebabkan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ujar perwakilan Uni Eropa. Mereka menambahkan bahwa satu-satunya solusi berkelanjutan untuk konflik ini adalah melalui diplomasi dan negosiasi politik, bukan kekerasan. Sejumlah negara seperti Turki, Irlandia, dan Norwegia juga telah menyuarakan keprihatinan mereka dan menyerukan gencatan senjata segera untuk mencegah bencana yang lebih besar.
Kondisi Rakyat Gaza
Kondisi di lapangan semakin menyedihkan. Hampir seluruh dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi sedikitnya sekali sejak perang meletus pada Oktober 2023. Banyak dari mereka kini tinggal di kamp-kamp darurat tanpa akses yang memadai terhadap makanan, air bersih, atau layanan medis.
Rumah sakit di Gaza dilaporkan telah kehabisan pasokan medis, listrik, dan bahan bakar. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan. Badan-badan kemanusiaan seperti UNRWA dan WHO juga menyatakan bahwa mereka hampir tidak bisa lagi menjalankan operasi bantuan karena blokade dan situasi keamanan yang memburuk.
Seorang warga Gaza yang mengungsi di Rafah mengatakan, “Kami tak tahu harus lari ke mana lagi. Tak ada tempat yang aman di Gaza. Tiap malam kami tidur dengan doa agar masih hidup esok pagi.”
Kesimpulan
Serangan Israel ke Gaza Meluas telah menimbulkan alarm global. Di tengah kekacauan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dunia kini dihadapkan pada pilihan antara membiarkan tragedi kemanusiaan terus terjadi, atau segera bertindak untuk menghentikannya. PBB dan banyak negara telah menyuarakan kekhawatiran mereka, tetapi tanpa tindakan nyata. Penderitaan warga Gaza kemungkinan akan mencapai titik yang lebih mengerikan.
Ketika diplomasi belum menemukan jalan keluar, satu hal yang pasti warga sipil selalu menjadi korban utama dalam konflik yang tak kunjung selesai ini. Desakan untuk menghentikan kekerasan harus menjadi suara bersama, demi kemanusiaan dan masa depan yang lebih damai. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di KEPPOO INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.voaindonesia.com
- Gambar Kedua dari www.kompas.id