Jejak Kelam ‘Twitter Killer’, Pembunuh Berantai di Jepang yang Dieksekusi Mati
Jepang baru saja mengeksekusi mati seorang pembunuh berantai yang dikenal dengan julukan ‘Twitter Killer’, pada Jumat, 27 Juni 2025.
Pria bernama Takahiro Shiraishi ini telah membunuh sembilan orang antara tahun 2017 dan 2018 dengan modus yang sangat mengerikan. Kasusnya mengejutkan Jepang dan memicu perdebatan terkait bahaya media sosial dalam konteks kesehatan mental dan kriminalitas.
KEPPOO INDONESIA akan memberikan ulasan menarik mengenai jejak kelam ‘Twitter Killer’, pembunuh berantai di Jepang yang dieksekusi mati, yuk simak selengkapnya!
Identitas dan Modus Operandi Takahiro Shiraishi
Takahiro Shiraishi, pria berusia 34 tahun, dijuluki ‘Twitter Killer’ karena ia menggunakan media sosial Twitter untuk mencari korban. Ia menargetkan orang-orang yang mengunggah cuitan tentang pikiran bunuh diri. Dengan pura-pura menawarkan bantuan, Shiraishi berhasil memancing sembilan korban, terdiri dari satu pria dan delapan wanita berusia antara 15 hingga 26 tahun, untuk datang ke apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa.
Setibanya di sana, Shiraishi melakukan pembunuhan dengan cara mencekik dan memukul korban. Setelah membunuh, ia memutilasi tubuh para korban dan menyembunyikan bagian-bagian tubuh tersebut di dalam kotak dan pendingin, bahkan sebagian dibuang di tempat pembuangan sampah.
Kejahatan ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan dan menjadi salah satu kasus pembunuhan berantai paling sadis di Jepang.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Penangkapan dan Proses Hukum
Kasus ini terungkap pada Oktober 2017 ketika polisi menemukan potongan-potongan tubuh korban di sekitar apartemen Shiraishi. Ia segera ditangkap dan mengakui perbuatannya. Pada tahun 2020, Pengadilan Distrik Tachikawa menjatuhkan hukuman mati terhadap Shiraishi atas pembunuhan sembilan orang tersebut.
Hakim dalam persidangan menggambarkan tindakannya sebagai “kejahatan yang sangat jahat dalam sejarah kriminal Jepang” karena tingkat kekejaman dan jumlah korban yang cukup besar.
Meski pengacara Shiraishi sempat mengajukan pembelaan dengan alasan persetujuan korban dan kondisi mental, pengakuan Shiraishi sendiri kemudian membantah hal tersebut, menegaskan bahwa pembunuhan dilakukan tanpa persetujuan korban.
Eksekusi Mati dan Reaksi Publik
Pada Jumat, 27 Juni 2025, Jepang melaksanakan eksekusi mati terhadap Takahiro Shiraishi dengan cara digantung. Ini menjadi eksekusi mati pertama di Jepang sejak tahun 2022. Menteri Kehakiman Jepang, Keisuke Suzuki, menyatakan bahwa eksekusi ini dilakukan setelah melalui pertimbangan matang dan sebagai bentuk keadilan atas kejahatan yang sangat mengerikan tersebut.
Kasus ini sempat menggemparkan masyarakat Jepang dan memicu perdebatan luas mengenai bagaimana isu bunuh diri dan kesehatan mental dibahas di media sosial, serta perlunya pengawasan lebih ketat terhadap konten daring yang dapat membahayakan.
Baca Juga:
Profil Korban dan Kejahatan yang Dilakukan
Korban Shiraishi berusia muda, antara 15 hingga 26 tahun, sebagian besar adalah wanita. Mereka terjebak dalam janji palsu dan akhirnya menjadi korban pembunuhan sadis. Selain pembunuhan, Shiraishi juga melakukan perampokan dan pemerkosaan terhadap beberapa korban.
Kejahatannya yang dilakukan oleh pelaku diketahui sangatlah brutal dan kejam sehingga hal ini dapat meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan masyarakat.
Dampak Sosial dan Media Sosial
Kasus ‘Twitter Killer’ ini menjadi peringatan keras tentang potensi bahaya media sosial dalam konteks kesehatan mental dan kriminalitas. Shiraishi memanfaatkan kerentanan para korban yang sedang mengalami tekanan psikologis dan pikiran bunuh diri. Ia menulis di profil Twitter-nya bahwa ia ingin membantu mereka yang menderita dan mengajak korban untuk menghubunginya secara pribadi.
Fenomena ini mengangkat isu penting terkait perlunya edukasi dan dukungan kesehatan mental yang lebih baik, serta pengawasan terhadap penyebaran konten yang bisa memicu tindakan berbahaya di kalangan pengguna media sosial.
Pelajaran Dari Kasus Twitter Killer
Kasus ini mengajarkan pentingnya kewaspadaan terhadap interaksi di dunia maya, terutama bagi mereka yang sedang mengalami masalah psikologis. Pemerintah dan platform media sosial perlu bekerja sama untuk menyediakan perlindungan dan dukungan yang memadai bagi pengguna yang rentan.
Selain itu, penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan seperti Shiraishi menjadi kunci untuk menjaga keamanan dan keadilan di masyarakat.
Kesimpulan
Takahiro Shiraishi, yang dikenal sebagai ‘Twitter Killer’, adalah pembunuh berantai Jepang yang menargetkan korban melalui media sosial Twitter dengan modus pura-pura membantu mereka yang memiliki pikiran bunuh diri. Ia membunuh sembilan orang dengan cara sadis, memutilasi dan membuang tubuh korban.
Setelah melalui proses hukum yang panjang, Shiraishi dieksekusi mati pada Juni 2025, menjadi eksekusi mati pertama di Jepang sejak 2022. Kasus ini menjadi peringatan penting akan bahaya penyalahgunaan media sosial dan perlunya perhatian serius terhadap kesehatan mental masyarakat.
Buat kalian yang ingin mendapatkan informasi terbaru dan ter-update lainnya, kalian bisa kunjungi KEPPO INDONESIA, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik dan terviral baik itu yang ada didalam negeri ataupun diluar negeri.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari edition.cnn.com
- Gambar Kedua dari reddit.com