Kenapa Persia Berganti Nama Menjadi Negara Iran? Ini Penjelasan Lengkapnya
Pergantian nama persia menjadi Iran adalah hasil dekrit yang dikeluarkan oleh Reza Shah Pahlavi pada tahun 1935.
Reza Shah Pahlavi, yang berkuasa sejak 1925 setelah menggulingkan dinasti Qajar, mengeluarkan dekrit tersebut sebagai bagian dari strategi nasionalisme modern.
Langkah ini juga bertujuan untuk menegaskan kemandirian negara dari pengaruh kolonial dan imperialisme KEPPOO INDONESIA.
Sejarah Nama Persia dan Iran
Sebelum tahun 1935, dunia Barat lebih mengenal negara ini dengan sebutan “Persia”, meskipun penduduk lokal telah menyebutnya “Iran” sejak zaman kuno. Istilah “Persia” sendiri berasal dari kata “Parsa”, yaitu nama wilayah di Iran barat daya yang menjadi tempat tinggal para pendiri kekaisaran kuno.
Sejarawan Yunani yang kemudian menyebarkan sebutan ini, dan budaya Barat mengadopsinya untuk merujuk ke seluruh kerajaan. Jadi, penamaan ini berasal dari luar, bukan nama yang digunakan oleh masyarakat di wilayah tersebut sendiri.
Sementara itu, nama “Iran” diambil dari “Airyan”, sebuah identitas yang menandakan “tanah orang Arya”. Istilah asli ini, yang berakar kuat dalam teks-teks kuno dan kitab suci Zoroaster di negara tersebut, mencerminkan kesadaran diri dan identitas budaya terpadu yang melampaui batas-batas kekaisaran dan geografi.
Baik istilah Iran maupun Persia sebenarnya muncul dari periode yang sama, yaitu masa Kekaisaran Akhemeniyah di bawah kekuasaan Koresh Agung (550-530 SM).
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS, Segera download!

Dekrit Reza Shah Pahlavi dan Modernisasi
Pada tanggal 21 Maret 1935, bertepatan dengan Nowruz (Tahun Baru Persia), Reza Shah Pahlavi secara resmi meminta delegasi asing untuk menggunakan istilah “Iran” dalam korespondensi formal. Permintaan ini sejalan dengan fakta bahwa “Persia” adalah istilah yang digunakan oleh orang-orang Barat, sedangkan “Iran” adalah nama yang digunakan dalam bahasa Persia oleh masyarakatnya sendiri.
Pergantian nama ini bukan sekadar perubahan sebutan. Reza Shah Pahlavi, yang bersifat sekuler, menginginkan modernisasi negaranya dan membangkitkan kembali kejayaan masa lalu, sekaligus menjauhkan diri dari warisan kolonial.
Nama Persia memang lebih sering dikaitkan dengan kekayaan budaya seperti arsitektur, seni pahat, karpet, hingga kucing, dan merupakan sebuah kekaisaran dunia bersama Romawi kuno. Dengan perubahan ini, Pahlavi berupaya menciptakan identitas nasional yang lebih kuat dan berakar pada jati diri bangsa Iran.
Meskipun demikian, penggantinya, Mohammad Reza Pahlavi, pada tahun 1959 mengumumkan bahwa kedua istilah. Persia dan Iran, dapat diterima dan dapat digunakan secara bergantian. Rezim Pahlavi berakhir pada tahun 1979 setelah revolusi yang dipimpin Ayatullah Khomeini. Setelah Revolusi Iran tahun 1979, nama lengkap negara ini menjadi “Republik Islam Iran”.
Baca Juga: China Ingatkan Dunia, Konflik Timur Tengah Ancam Ekonomi Global
Warisan Sejarah dan Budaya Iran
Wilayah Iran, yang dahulu dikenal sebagai Persia. Memiliki sejarah yang panjang dan kaya dalam kesenian, musik, puisi, filsafat, dan ideologi. Kebudayaan Iran telah lama memengaruhi kebudayaan lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Pada masa pra-Islam, Iran adalah salah satu kekaisaran terkuat di dunia. Menguasai wilayah dari Asia Selatan hingga Balkan di Eropa dan Mesir.
Bahasa Persia, salah satu bahasa tertua di dunia, memiliki dampak kuat pada perkembangan bahasa Armenia. Pemerintahan Koresh Agung juga terkenal karena prasasti pertama tentang hak asasi manusia dan pemulangan Bani Israil dari Mesopotamia ke Palestina, yang memengaruhi perkembangan Alkitab Ibrani.
Setelah Islam diperkenalkan, bahasa Persia tidak lenyap. Melainkan menjadi bahasa pertama yang mendobrak dominasi bahasa Arab dalam budaya Islam. Banyak karya tulis Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Persia sebelum diterjemahkan ke bahasa lain, dan literatur Persia orisinal juga berkembang pesat, seperti Shahnameh karya Ferdowsi.
Iran juga merupakan negara multibudaya dengan banyak kelompok suku dan bahasa yang bersatu melalui bahasa dan budaya Persia. Bahasa Persia adalah bahasa resmi negara dan dituturkan oleh mayoritas penduduk, sekitar 61%. Selain itu, terdapat kelompok etno-linguistik lainnya seperti Azerbaijan (16%), Kurdi (10%), dan Lur (6%).
Kontroversi & Klarifikasi
Meskipun nama “Iran” menjadi nama resmi negara di dunia internasional sejak 1935, hal ini sempat memunculkan kebingungan dan bahkan protes dari kalangan akademisi dan komunitas diaspora. Banyak yang merasa bahwa “Persia” memiliki nilai historis dan budaya yang sangat kaya, sehingga tidak seharusnya dihapus begitu saja.
Akibatnya, pada tahun 1959, putra Reza Shah, yaitu Mohammad Reza Pahlavi, memberikan klarifikasi bahwa baik istilah “Persia” maupun “Iran” dapat digunakan secara bergantian, tergantung pada konteks dan audiensnya. Misalnya, dalam dunia seni dan budaya, “Persia” tetap digunakan untuk merujuk pada kebudayaan klasik, seperti “karpet Persia” atau “puisi Persia”.
Kesimpulan
Secara historis, Zoroastrianisme dan Manichaeisme adalah agama dominan di Iran hingga penaklukan Islam. Kemudian, Iran menjadi negara mayoritas Sunni hingga konversi ke Islam Syiah pada abad ke-16 di bawah pemerintahan dinasti Safawiyah.
Saat ini, Islam Syiah Dua Belas Imam adalah agama resmi negara. Dianut oleh sekitar 90% hingga 95% populasi. Sekitar 4% hingga 8% populasi adalah Muslim Sunni. Terutama Kurdi dan Baloch, sementara 2% sisanya adalah minoritas agama non-Muslim seperti Kristen, Yahudi, Baha’i, dan Zoroaster.
Dengan demikian, perubahan nama dari Persia menjadi Iran mencerminkan evolusi identitas nasional dan upaya modernisasi yang berakar pada sejarah dan warisan budaya yang mendalam.
Simak dan ikuti terus KEPPOO INDONESIA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
- Gambar Utama dari CNN Indonesia
- Gambar Kedua dari SINDOnews.com