Ketika Agama Dijadikan Alasan untuk Pelecehan Seksual Sesama Jenis di Lombok!
Kasus pelecehan seksual di Indonesia kembali mengguncang publik, kali ini melibatkan seorang oknum dosen di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dosen berinisial RL ini diduga telah mencabuli 10 mahasiswa pria melalui serangkaian modus yang memanfaatkan pendekatan spiritual. Kejadian ini menjadi sorotan tajam dan memicu kekhawatiran tentang keamanan di dunia pendidikan.
Kronologi Kejadian
Kronologi kejadian pelecehan seksual yang melibatkan dosen di Mataram dimulai ketika pelaku, berinisial RL, mulai mendekati para mahasiswa dengan cara yang terlihat biasa. Dia sering ikut serta dalam kegiatan komunitas dan diskusi ilmiah, sehingga bisa membangun hubungan dengan korban tanpa dicurigai. Setelah berkenalan dan merasa dekat, pelaku mulai menawarkan ajakan untuk ikut ritual yang disebut zikir zakar.
Yang dikaitkan dengan penawaran untuk bertaubat. Setelah mendapatkan kepercayaan dari para korban, RL mulai melakukan tindakan pelecehan dengan cara manipulatif. Ia mengklaim bahwa ritual tersebut bisa membersihkan dosa dan juga mengatasnamakan pengobatan untuk membantu korban yang merasa memiliki masalah di masa lalu.
Dalam prosesnya, banyak korban yang merasa terjebak dan tidak tahu harus berbuat apa, yang membuat mereka sulit untuk melapor. Kejadian ini jelas menunjukkan betapa pentingnya mengenali modus-modus yang digunakan oleh pelaku dan mendorong korban untuk berbicara.
Laporan ke Polda NTB
Laporan terkait tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dosen di Mataram kini telah resmi diajukan ke Polda NTB. Korban-korban yang terdiri dari mahasiswa ini mengungkapkan pengalaman traumatis yang dialami akibat perbuatan pelaku. Pendamping korban dari LSM Sasaka Nusantara Lombok Barat, Sabri, menjelaskan bahwa dosen dengan inisial RL ini menggunakan berbagai cara untuk mendekati para korbannya.
“Pelaku ini sering ikut kegiatan dengan kita di komunitas. Ikut diskusi-diskusi ilmiah,” ujar Sabri. Penjelasan tersebut menggambarkan bagaimana RL membangun kedekatan dengan para mahasiswa secara perlahan dan tidak langsung sebelum melancarkan aksinya. Tindakan manipulatif ini jelas menunjukkan betapa pelaku memanfaatkan posisi dan pengaruhnya untuk merugikan orang lain.
Modus Operandi Pelaku
Pelaku, menurut keterangan Sabri, mencari mahasiswa yang memiliki masa lalu yang kurang baik. Setelah melakukan pendekatan, pelaku akan menawarkan korban untuk “bertaubat” dan mengikuti ritual yang dikenal sebagai zikir zakar atau zikir alat kelamin.
“Pelaku menyampaikan kepada korban bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam keadaan berzikir, termasuk organ tubuh manusia. Dia mengklaim titik paling vital yang sering mengingat Tuhan adalah kelamin atau zakar,” jelas Sabri.
Pelaku tidak hanya memperdaya korban melalui zikir zakar, tetapi juga menggunakan modus lain, seperti yang disebut sebagai mandi suci untuk membersihkan dosa-dosa korban. Dalam tindakan ini, pelaku akan mengatakan bahwa korban memiliki penyakit dan perlu melakukan ritual mandi untuk bisa sembuh.
Trauma yang Dialami Korban
Akibat perbuatan pelaku, banyak mahasiswa yang menjadi korban mengalami trauma yang mendalam. Sabri mengungkapkan, “Ada salah satu korban kini telah mengalami penyimpangan orientasi seksual dan menjadi penyuka sesama jenis.”
Ini menunjukkan betapa parahnya efek dari tindak pelecehan tersebut. Di mana tidak hanya menyakiti mental mereka, tetapi juga mengubah arah hidup dan orientasi mereka. “Paling parah sampai kemudian ada korban yang sudah tidak tertarik lagi dengan perempuan. Sampai ada yang sudah mengalami penyimpangan seksual,” ungkap Sabri dengan prihatin.
Mayoritas dari korban adalah mahasiswa yang dikenal “gagah secara fisik,” yang mungkin menjadi alasan pelaku memilih mereka. Hal ini menjadi peringatan serius tentang dampak yang bisa ditimbulkan dari pelecehan seksual dalam lingkungan pendidikan.
Baca Juga: Ibunda Nangis di Sidang Vonis Helena Lim: Tukar Aja Pakai Nyawa Saya
Tanggapan Polda NTB
Polda NTB sudah mulai turun tangan untuk menangani kasus pelecehan seksual yang melibatkan dosen di Mataram ini. Mereka memastikan bahwa penyelidikan akan dilakukan dengan profesional sesuai prosedur yang ada.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda NTB, Komisaris Syarif Hidayat, menyatakan, “Kami akan melakukan penyelidikan secara profesional sesuai dengan prosedur yang ada.” Ini menunjukkan bahwa pihak kepolisian serius dalam menangani kasus ini dan berkomitmen untuk mencari tahu kebenarannya. Selain itu, Polda NTB juga mengajak kepada siapa saja yang merasa menjadi korban untuk berani melapor.
Dengan membuka kesempatan bagi korban untuk berbicara, diharapkan lebih banyak orang yang berani membongkar kejadian yang mereka alami. Singkatnya, tindakan ini bisa membantu menciptakan rasa aman dan memberantas kasus pelecehan seksual di Indonesia dan di lingkungan akademik. Jadi, dengan adanya perhatian dari pihak kepolisian, diharapkan kasus seperti ini tidak akan terulang lagi di masa depan.
Pentingnya Kesadaran Terhadap Pelecehan Seksual
Kesadaran terhadap pelecehan seksual itu sangat penting. Terutama di lingkungan pendidikan seperti kampus. Banyak orang yang belum memahami batasan aman dalam berinteraksi. Dan ini bisa membuat individu rentan menjadi korban. Dengan meningkatkan pemahaman tentang apa yang dianggap sebagai pelecehan, mahasiswa dan dosen bisa lebih waspada dan saling menghormati.
Misalnya, penting bagi mahasiswa untuk tahu bahwa tidak ada yang boleh memanfaatkan jabatan atau kewenangannya untuk menyakiti orang lain. Selain itu, institusi pendidikan juga perlu lebih aktif dalam menyediakan pendidikan dan pelatihan tentang pelecehan seksual.
Dengan mendidik mahasiswa dan staf tentang tanda-tanda dan cara melaporkan tindakan yang tidak pantas, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman. Seperti kata Sabri, “Marilah kita jaga bersama lingkungan akademik kita dari segala bentuk pelecehan.” Ini semua adalah langkah penting untuk memastikan bahwa setiap orang merasa aman dan dihargai di tempat belajar.
Peran LSM dan Dukungan untuk Korban
LSM Sasaka Nusantara Lombok Barat punya peran yang sangat penting dalam mendampingi para korban pelecehan seksual. Mereka tidak hanya membantu dari segi hukum. Tapi juga memberikan dukungan psikologis yang sangat dibutuhkan oleh korban. Seringkali, korban merasa sendirian dan takut untuk bicara, sehingga kehadiran LSM ini menjadi sangat berarti dalam proses penyembuhan mereka.
Dengan bantuan ini, diharapkan para korban bisa lebih berani untuk melapor dan mendapatkan keadilan yang mereka layak dapatkan. “Modus ini perlu disikapi dengan serius. Kami berkomitmen untuk mendampingi korban dan memastikan suara mereka didengar,” kata Sabri, menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dalam menghadapi masalah ini.
Ini adalah langkah yang sangat diperlukan agar semua orang tahu bahwa pelecehan seksual tidak bisa dibiarkan, dan ada banyak dukungan untuk korban. Melalui upaya bersama, mereka berharap bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan suportif bagi semua orang.
Kesimpulan
Kasus pelecehan seksual di Indonesia yang melibatkan dosen di Mataram ini memunculkan banyak pertanyaan tentang integritas dan keamanan di lingkungan kampus. Upaya bersama antara pihak kepolisian, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa tindakan keji ini tidak terjadi lagi dan setiap korban mendapatkan keadilan yang mereka butuhkan.
Melalui upaya peningkatan kesadaran dan pendidikan yang berkelanjutan. Diharapkan generasi mendatang dapat lebih aman dan terlindungi dari tindakan pelecehan seksual dalam lingkungan pendidikan. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.