Petugas Karantina Lampung Bongkar Penyelundupan Satwa Liar dalam Truk
Petugas berhasil menggagalkan penyelundupan ratusan ekor satwa liar yang dilindungi, yang disembunyikan di dalam sebuah truk.
Penyelundupan satwa liar ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam ekosistem dan keberlanjutan spesies langka. Dibawah ini KEPPOO INDONESIA akan membahas tentang merampas keindahan alam yang seharusnya dinikmati oleh generasi mendatang.
Pengungkapan Kasus Penyelundupan Satwa Liar
Petugas Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung berhasil menggagalkan upaya penyelundupan satwa liar jenis burung di Pelabuhan Bakauheni. Kejadian ini bermula saat petugas melakukan pemeriksaan rutin terhadap kendaraan jenis Mitsubishi Fuso warna kuning dengan nomor polisi B 9132 PXV yang mencurigakan.
Awalnya, sopir kendaraan yang diketahui bernama Asep Mahmudian dan Dedi Kurniadi mengaku tidak membawa muatan. Namun, petugas menemukan media pembawa satwa liar yang disimpan di sasis kendaraan setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung, drh. Donni Muksydayan, M.Si, menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan menemukan sebanyak 464 ekor burung dari berbagai jenis, dengan 69 ekor di antaranya merupakan satwa liar yang dilindungi.
Modus Penyelundupan yang Terungkap
Modus penyelundupan satwa liar semakin beragam dan tersembunyi. Dalam kasus ini, truk digunakan untuk menyembunyikan ratusan ekor burung di dalam sasis kendaraan, menyulitkan petugas untuk mendeteksi keberadaan satwa tersebut.
Penyelundup memanfaatkan kelengahan dan celah dalam sistem pengawasan untuk meloloskan satwa liar dari pemeriksaan. Selain itu, penggunaan dokumen palsu dan pengakuan palsu oleh sopir truk menunjukkan adanya upaya untuk mengelabui petugas dan menyembunyikan tindakan ilegal mereka.
Modus operandi seperti ini menunjukkan bahwa pelaku penyelundupan semakin terorganisir dan canggih dalam melakukan aksinya. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kewaspadaan dan inovasi dalam metode pengawasan untuk mencegah penyelundupan satwa liar di masa mendatang.
Informasi Gembira bagi pecinta bola, Ayo nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda, Segera download!

Pelanggaran Hukum dan Ancaman Hukuman
Sopir penyelundup melakukan pelanggaran berat terhadap hukum perlindungan satwa liar karena 250 dari 982 ekor burung tersebut termasuk satwa dilindungi. Penyelundup melanggar Pasal 88 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Ancaman pidana maksimal adalah dua tahun dan denda Rp2 miliar.
Pelaku juga melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman tiga sampai 15 tahun. Undang-undang ini menegaskan pentingnya menjaga kelestarian satwa liar dan memberikan sanksi tegas bagi para pelaku yang merusak ekosistem.
Baca Juga:
Kondisi Satwa Liar yang Diselamatkan
Kondisi satwa liar yang diselamatkan seringkali memprihatinkan akibat perlakuan buruk selama proses penyelundupan. Beberapa ekor burung ditemukan sudah mati, sementara yang lain mengalami stres dan trauma akibat perjalanan panjang dan kondisi yang tidak layak. Burung-burung selundupan terdiri dari berbagai jenis seperti cucakrating, kutilang emas, siri-siri, poksay, dan masih banyak lagi.
Upaya penyelamatan dan perawatan satwa liar yang berhasil disita menjadi sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Proses rehabilitasi dan pelepasliaran kembali ke habitat alami memerlukan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk petugas karantina, dokter hewan, dan organisasi konservasi.
Dampak Penyelundupan terhadap Ekosistem
Penyelundupan satwa liar sangat berisiko bagi keberlangsungan spesies tersebut dan bagi kesehatan masyarakat karena tidak terjamin asal-usul dan kesehatannya. Tindakan ini juga mengancam ekosistem dan keberlanjutan spesies langka. Kepala Karantina Lampung Donni Muksydayan mengungkapkan bahwa penyelundupan satwa liar terus berlanjut meskipun dirazia rutin.
Hilangnya satu spesies dari ekosistem dapat menyebabkan ketidakseimbangan rantai makanan dan mempengaruhi keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Selain itu, perdagangan ilegal satwa liar juga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit menular yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan hewan lainnya.
Tindak Lanjut dan Koordinasi
Petugas Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung akan terus memperketat pengawasan terhadap penyelundupan satwa liar. Serta melakukan koordinasi dengan pihak berwenang untuk menindaklanjuti kasus ini sesuai hukum yang berlaku. Burung-burung selundupan diserahkan kepada BKSDA Lampung.
Satwa ini dilepasliarkan kembali ke habitatnya di Gunung Rajabasa, Lampung Selatan. Langkah-langkah ini diambil untuk memastikan bahwa pelaku penyelundupan dihukum. Sesuai dengan perbuatannya dan satwa liar yang diselamatkan dapat kembali ke habitat alaminya.
Selain itu, kerjasama lintas instansi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian satwa liar. Diperlukan untuk mengatasi masalah penyelundupan secara komprehensif.
Simak dan ikuti terus informasi yang lebih menarik tentang berita terlengkap yang akan kami berikan setiap harinya di Berita Viral.